Aku menelan ludah dan mengalihkan pandanganku ke atas lagi. Dia memiliki rahang yang kuat dan dicukur bersih dan tidak setinggi Brock, juga tidak berotot. Itu tidak berarti dia pendek atau kurus. Dia bukan Giganto. Yang bagus, aku tidak perlu tangga untuk menciumnya, hanya sepatu hak tinggi.
Tunggu, kenapa aku berpikir untuk menciumnya? Kamu harus bisa berbicara dengan pria seksi untuk mencium mereka.
"Hei, ini Lily kan?" Brock menyapaku dengan seringai, meskipun nadanya ramah.
Aku tersentak, mengalihkan perhatianku dari mata cokelat yang kaya. Astaga. Aku telah berdiri di depan mereka, diam dan menatap seolah-olah aku harus mengenakan helm ke tempat tidur atau semacamnya. Mortifikasi dimulai, tapi untungnya aku punya tequila di sisiku.
"Ya, Lili. Itu aku, namaku maksudku. Aku bukan Lily yang sebenarnya karena itu bunga dan aku adalah manusia yang dinamai bunga," celotehku, baru menyadari sejauh mana kemabukanku. Atau mungkin kecanggungan sosial aku.
