Pagi harinya, setelah check out dari hotel, Axton berencana menemui Bertran, sebelum pengusaha itu berangkat ke kantor. Anggap saja, waktu pagi yang ia relakan untuk membayar perihal tadi malam, saat dirinya terus-terusan mengabaikan telepon dari Bertran. Walau sebenarnya, Axton sangat malas. Namun, apa boleh buat.
Kedai kopi berkelas dengan harga variannya yang begitu mahal, menjadi persinggahan Axton. Namun, ternyata Bertran belum sampai di tempat itu. Alhasil, Axton harus merendahkan harga dirinya terlebih dahulu untuk menunggu pria yang sebenarnya adalah musuh terbesarnya itu.
Jarang-jarang ia diperlakukan seperti ini, biasanya dirinya sangat dihormati. Sayangnya, identitas yang ia gunakan sekarang bukanlah diri sebagai Axton Axelcen, melainkan pria bernama Sena Angkasa, sebuah nama yang ia ambil dari nama masa kecilnya.