Beberapa saat sebelumnya.
Ameera yang sempat melalui perjalanan dengan mimpi super buruk, akhirnya telah sampai di depan sebuah mansion megah nan mewah. Entah apa alasan Axton selalu menggunakan bangunan bak istana untuk dijadikan sebagai markas, padahal seharusnya dipakai sebagai tempat tinggal dengan segala hal yang baik-baik. Mungkinkah penggunaan tempat tersebut merupakan salah satu strategi untuk menyembunyikan Sayap Hitam? Entahlah. Ameera tidak bisa menerka sampai sejauh itu.
Gedung kokoh yang dibatasi dinding memutar yang tinggi, dan memiliki gerbang besar berwarna putih tulang itu membuat Ameera kerap menelan saliva. Ia sampai berdecak kagum, dan tidak menyangka. Memang sekaya raya itukah suaminya. Warisan-warisan yang diterima Axton dari mendiang ayah angkat, benar-benar luar biasa.
"Permisi, Nona Maura. Apakah tempat ini merupakan tempat yang Anda tuju?" tanya sang sopir sembari menatap Ameera dari pantulan kaca yang terpasang di hadapannya.