Catarina menjadi saksi kedua setelah Ameera Larasati. Dan ia sudah menyelesaikan pemeriksaan satu jam yang lalu, sementara kini dirinya sudah bertemu lagi dengan sang putri. Rumah itu masih menjadi tempat mereka saling bertatap muka. Entah. Mungkin sebenarnya sudah tidak perlu, toh, Ameera tak lagi menyembunyikan dirinya. Namun, mereka tetap melakukannya di tempat itu, sebab belum ada kebebasan untuk Ameera dalam berjalan-jalan tanpa kekhawatiran.
Catarina menghela napas, kemudian berkata, "Aku tidak bisa mengakuimu sebagai seorang anak, Ameera."
Dahi Ameera mengernyit, matanya pun melebar. Kenapa ...? Ah, ia langsung tersadar. Dan keterkejutan yang sempat menyerang mendadak menghilang.
"Saya paham, Ibu," ucap Ameera. "Pasti orang-orang itu akan merasa janggal dan tidak percaya. Jadi, sudah seharusnya Ibu melakukannya."