Axton menghela napas, lelah rasanya. Lagi-lagi ia kekurangan tidur. Bahkan nyaris tak tidur selama dua hari penuh. Ia berharap bisa sejenak menutup mata, dan tak perlu meminum obat sakit kepala. Sialan memang, seorang penjual barang ilegal, tetapi justru harus menyantap obat dari apotik.
Lebih tak beruntung lagi, ketika dirinya mencoba terlelap, bayangan wajah Ameera yang justru hadir di benak. Betapa merasa bersalahnya Axton pada istrinya itu. Tak hanya karena dirinya telah bertemu dengan mantan kekasih, tetapi lagi-lagi harus mengingkari janji. Jarang menghubungi sekaligus sulit untuk diajak berkomunikasi.
"Maafkan aku, Ameera," gumam Axton sembari membuka matanya yang sempat terpejam. Langit-langit kamar yang terdesain indah menjadi objek pengamatannya saat ini. "Aku bisa membayangkan bibirmu yang manyun, kedua alismu yang menyatu, dan dahimu yang mengernyit. Kau pasti terlihat menggemaskan sekali, kalau sudah seperti itu."