Chereads / Suamiku Berbahaya / Chapter 12 - Kehidupan Malam

Chapter 12 - Kehidupan Malam

Selesai bekerja Theo pergi ke bar milik temannya yaitu Aditya, di sana mereka akan berkumpul bersama.

Begitu tiba di bar, Theo langsung masuk dan mencari teman-temannya.

Di salah satu meja Theo melihat teman-temannya, di sana ada Thomi, Daniel, Alvaro dan tentu saja Aditya. Theo lantas menghampiri mereka.

"Bro di sini." Aditya melambaikan tangannya ke arah Theo.

"Akhirnya kamu datang juga," ucap Daniel.

"Aku kira kamu gak akan datang." ucap Alvaro.

"Aku pasti akan datang." Theo duduk di samping Alvaro.

"Acaranya sebentar lagi akan di mulai."

"Kenapa kita tidak minum di tempat tertutup?" tanya Theo, biasanya mereka akan minum bersama di ruang privat.

"Kita harus berbaur dengan yang lain, biar apa?" tanya Aditya.

"Biar semakin seru," jawab Thomi.

Mereka semua tertawa kecuali Theo. Lampu mulai meredup, music menyala dan orang-orang mulai asik dengan kegiatannya.

"Pelayan, tuangkan minumannya." Pelayan-pelayan langsung menuangkan minuman untuk mereka berlima.

"Woy, mau main kartu?" tawar Suga.

"Gak ahh, mending kita main jalang," ucap Thomi.

Thomi menatap ke arah Aditya, "Apa ada jalang baru di bar mu Aditya?" tanya Thomi.

"Emm tunggu," Aditya tampak berpikir, "Sepertinya tidak."

"Gak usah mikir dulu kalau gak ada."

"Sudahlah nikmati saja acaranya," lerai Daniel.

"Yak! Theobald Nicholas, kenapa elu diem aja?" Tanya Thomi karena sedari tadi Theo hanya diam.

"Gak usah urusin gue." Theo meminumĀ  cocktail miliknya.

"Woy Aditya, itu cewek baru yah?" Tanya Thomi begitu melihat tiga wanita yang baru saja keluar dari ruangan karyawan bar.

"Gila, body mereka bagus bener," ucap Alvaro.

Dengan semangat Thomi mengajak teman-temannya, "Kuy main, tapi kita ke kurang dua cewek."

"Si Theo kagak pernah main begituan." Ucap Alvaro sambil menepuk bahu Theo.

"Jadi penasaran, gimana hubungan elu sama Reina?" tanya Aditya.

"Gak usah kepo." Ucap Theo dengan ekspresinya yang dingin.

"Jangan bilang, elu belum pernah berhubungan sama dia." Tebak Alvaro.

"Wah gak waras elu, cewek cantik kaya Reina gak elu pake." Ucap Thomi sambil tertawa.

Dengan sekali tarikan, Theo mencengkram kerah kemeja Thomi.

"Wush tenang bro."

"Jaga mulut kotor elu." Theo menatap Thomi dengan tatapan tajam.

"Yah gue kan cuma tanya."

"Jangan pernah bawa-bawa nama istri gue di tempat kotor kaya gini."

"Udah-udah, malu diliat yang lain." Daniel langsung melerai, karena Theo dan Thomi menjadi pusat perhatian.

Sadar di perhatikan, Theo melepas paksa cengkraman tangannya dari kerah kemeja Thomi.

"Elu selamat kali ini." Thomi mengangkat bahunya acuh.

Mereka kembali dengan kesibukan masing-masing.

Tiga wanita tadi mendekat ke arah meja mereka atas perintah Aditya, saat mereka bertiga berada di hadapan Theo, Thomi, Daniel, Alvaro dan Aditya, tiga wanita itu langsung menatap Theo penuh minat.

Mereka begitu terpesona dengan Theo dan salah satu dari mereka mulai mencoba menggoda Theo, namun belum juga melancarkan aksinya Theo langsung menatapnya tajam.

"Hai sayang." Ucapnya sedikit takut dengan tatapan Theo.

"Pergi," usir Theo.

Aditya langsung memberi syarat agar mereka tidak menggoda Theo.

"Ayo pergi." Aditya mengajak Theo untuk pindah dan membiarkan yang lain bersenang-senang.

Theo dan Aditya duduk di meja dekat barter, mereka kembali meminum minumannya.

"Kamu lagi ada masalah?" tanya Aditya kepada Theo.

"Apa enaknya hubungan sama cewek bekas." Ucap Theo melirik ke arah teman-temannya sekilas.

"Yah sekedar melampiaskan nafsu," jawab Aditya.

"Gak takut penyakitan apa?"

"Sex itu enak, lebih enak lagi kalau ngelakuinnya sama cewek yang kita cinta."

"Kaya pernah aja elu," ledek Theo.

"Ya gue cuma denger gitu, kamu sendiri gimana? enak yah ngelakuin sex sama istri sendiri?"

"Ya iyalah." Ucap Theo bangga, padahal dia sendiri tidak pernah melakukan sex sama sekali.

"Bagus deh, mending langsung nikah kaya kamu, lebih terjamin kenikmatannya." Ucap Aditya sambil tertawa.

"Jelas."

Sedang asik berbincang, salah satu jalang mendekati Theo, bahkan dia berani memperlihatkan belahan dadanya.

"Hai ganteng," sapanya.

"Berani sekali kamu jalang hina." Theo menyeringai.

"Mau bermain?" Aditya memberikan tanda agar wanita itu berhenti, namun wanita itu tidak mengerti.

Theo memanggil salah satu pria dengan tubuh tegap untuk menghampirinya.

"Iya Tuan?"

"Ada pekerjaan untukmu." Ucap Theo sambil menunjuk wanita itu dengan dagunya.

"Lepas." Wanita itu berontak, begitu dia di cengkram oleh pria suruhan Theo.

"Dengar jalang, mau kamu telanjang bulat sekalipun, aku tidak akan pernah tergoda dengan tubuh kotor mu itu."

Sadar jika dia telah salah menilai Theo, wanita itu pun langsung meminta maaf, "Tuan, tolong maafkan aku, dan juga lepaskan aku."

"Beri dia pelajaran," perintah Theo.

"Baik Tuan, saya permisi." Pria itu langsung menyeret wanita tadi yang sudah berani menggoda Theo.

"Theo, cukup beri peringatan saja kepadanya, jangan sampai kamu malah menyakitinya juga," ucap Aditya.

"Dia tidak akan mengerti jika tidak di beri pelajaran."

"Ya terserahlah."

Ini bukan kali pertama Theo seperti ini, bahkan pernah ada kejadian paling menyeramkan, di mana Theo langsung mempermalukan wanita yang berani menggodanya itu di depan umum.

Itu adalah kejadian paling mengerikan yang pernah Aditya saksikan, teman-teman yang lainnya juga sangat terkejut dengan sikap kasar Theo.

Jadi wajar, jika teman-temannya terkadang membuat asumsi jika Theo mempunya kelainan dan penyuka sesama jenis, yah meskipun tidak ada bukti kuat yang mengarah jika Theo tertarik dengan pria.

Namun asumsi dan perkiraan mereka mulai luntur saat tau Theo akan menikah dengan Reina, dan sekarang teman mereka Theobald Nicholas sudah resmi menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri bernama Lareina Zeline.

"Theo gue kebelakang dulu yah," ucap Aditya.

"Ngapain?" tanya Theo.

"Biasalah ada urusan," jawab Aditya.

"Elu mau main solo?" Theo tersenyum tipis.

Aditya menatap Theo kesal, "Seenaknya aja elu bilang, gue bisa main langsung dan gak perlu main solo," jawab Aditya.

Aditya lantas pergi meninggalkan Theo, Theo kembali meminum minuman miliknya, sudah hampir tujuh gelas yang Theo minum hari ini, biasanya Theo akan minum lebih, tapi moodnya sedang tidak mendukung.

Theo melirik ke arah teman-temannya yang masih asik bermain, satu hal yang tidak Theo sukai dari teman-temannya adalah mereka sering menanam bibit di lubang yang berbeda. Sangat di sayangkan, tapi menurut Theo itu hal wajar untuk teman-temannya, tapi tidak berlaku untuk Theo, Theo tidak mau asal menanam bibit, masalahnya bibit Theo itu adalah bibit unggul. Tidak bisa sembarangan di tanam di lubang yang kurang kualitas, dan juga bibit Theo akan menghasilkan orang yang sukses, jadi Theo harus berhati-hati.

Theo tersenyum miring, teman-temannya sudah mulai sibuk dan juga mereka sudah pindah tempat, Theo bangkit dari tempat duduknya dan Theo memutuskan untuk pulang, malam ini cukup sampai di sini saja.