Theo sudah mulai masuk lagi ke kantor setelah cutinya selama dua minggu, dan beberapa hari ini Reina selalu menyiapkan segala keperluan suaminya.
Reina keluar dari kamar mandi begitu selesai membersihkan diri, melihat Theo masih tertidur, Reina pun membangunkan suaminya itu.
"Kak Theo."
"Emm." Theo menjawab tapi matanya masih tertutup.
"Cepat bangun." Theo langsung bangun dan segera pergi membersihkan diri.
Saat Theo membersihkan diri, Reina akan menyiapkan setelan kantor untuk Theo lalu pergi ke bawah untuk menyiapkan sarapannya.
"Pagi Kak Reina." Sapa Safira begitu melihat Reina turun.
"Pagi Safira, Mommy."
"Sayang duduklah."
"Iya Mommy."
"Apa Kak Theo masih lama?" tanya Safira.
"Sebentar lagi," jawab Reina.
"Kak Reina, hari ini kita pergi yuks," ajak Safira.
"Gak boleh." Jawab Theo yang baru saja turun.
"Ihh Kak Theo." Kesal Safira.
"Ayo kita sarapan."
"Kak Theo boleh yah."
"Terserah," jawab Theo.
"Yes, gimana Kak Reina?"
"Boleh."
"Asik." Safira tersenyum sangat ceria.
Selesai sarapan, Reina lantas mengantar Theo ke depan mansion.
"Aku pergi."
"Iya." Theo langsung pergi dan Reina kembali masuk ke dalam mansion.
Melihat kakaknya kembali masuk, Safira pun menghampiri Reina.
"Kak Reina, mau jalan kapan?"
"Kakak harus siap-siap dulu."
"Baiklah, aku juga harus siap-siap." Safira menyetujui perkataan Reina.
"Apa Mommy mau ikut bersama kami?" tanya Reina.
"Tidak sayang, Mommy di sini saja," jawab Adya.
"Yah Mommy, Mommy juga harus ikut bersama Safira juga Kak Reina."
"Tidak sayang, bersenang-senanglah kalian berdua, jangan terlalu lama di luar." Adya mengusap kepala Safira juga Reina bergantian.
"Siap Mommy." Safira dan Reina segera bersiap untuk pergi.
Setelah mereka sudah siap, mereka pun pergi hangout bersama, mereka akan jalan-jalan dan makan-makan di luar.
.
.
.
Di mansion Zayn, seperti biasa Nathan dan Edwin pasti terlibat pertikaian kecil.
"Nathan."
"Iya Ayah."
"Mau kemana lagi kamu?" Edwin memperhatikan penampilan Nathan yang sudah rapih.
"Jalan," jawab Nathan.
"Kapan kamu kerjanya?"
"Aku kerja main game Ayah."
"Kerja itu seperti Abang mu di kantoran." Jelas Edwin.
Nathan memalingkan wajahnya, ayahnya selalu saja membahas Theo, "Kerja bukan hanya di kantoran Ayah."
"Pokoknya kamu harus kerja di kantoran, kalau perlu, kamu buat kantor sendiri."
"Sedang aku usahakan, kalau begitu aku pergi Ayah, sampai jumpa." Nathan langsung pergi.
"Nathan, Ayah belum selesai bicara." Ucapan Edwin tidak di jawab, karena Nathan sudah pergi jauh.
"Anak nakal satu ini kelakuannya selalu saja pergi meninggalkan Ayahnya sendirian."
Nathan tiba di salah satu mall kota, Nathan hari ini akan bertemu dengan temannya untuk membahas kerja sama mereka.
"Nathan di sini." Teman Nathan melambaikan tangannya.
"Hai bro, apa kabar?" Sapa Nathan.
"Baik, gimana kabar elu?."
"Sangat baik." Nathan bertemu dengan teman lamanya yang bernama Felix.
Mereka berdua lantas segera berbincang soal kerja sama juga menikmati makan dan minuman yang telah mereka pesan.
"Well done, semoga aja kerja sama kita berjalan baik."
"Semoga."
Selesai berdiskusi dengan Felix, Nathan pun pergi. Saat berjalan Nathan fokus dengan smartphonenya dan tidak memerhatikan jalan, alhasil.
Bruk!
Nathan menubruk seorang wanita dari arah berlawanan.
"Maaf, aku tidak sengaja." Nathan langsung meminta maaf.
"Kak Nathan."
"Lah kamu." Nathan terkejut karena bertemu lagi dengan Safira.
"Hai, kita ketemu lagi," sapa Safira.
"Emm."
"Sepertinya Kak Nathan tidak senang bertemu denganku." Safira kesal melihat ekspresi wajah Nathan yang datar.
"Memang iya."
"Kejam sekali." Safira mengerucutkan bibirnya.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Nathan.
"Aku sedang jalan-jalan dengan kakakku," jawab Safira.
Nathan menganggukkan kepalanya, "Ouh, lalu dimana kakakmu?"
"Kakakku menunggu di cafe, tadi aku lupa meninggalkan barang berharga di mobil, jadi aku membawanya dulu."
"Mau gabung bersama kami?" ajak Safira.
"Tidak, aku tidak mau mengganggu."
"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa Kak Nathan." Safira melambaikan tangannya.
"Safira."
"Iya."
"Berikan nomor mu." Nathan memberikan smartphone nya kepada Safira, Safira pun mengetik nomornya.
"Ini."
"Oke."
"Bye, aku pergi Kak Nathan."
"Emm." Safira pergi meninggalkan Nathan.
"Bentar, ngapain juga gue minta nomornya?" heran Nathan.
"Ya udahlah, nanggung." Nathan tertawa kecil.
.
.
.
Safira menghampiri Reina yang sedang menunggunya di salah satu meja cafe.
"Kak Reina, maaf lama." Safira segera duduk di tempatnya.
"Tidak apa Safira."
"Tadi aku berpapasan dengan teman baruku."
"Pria atau wanita?" tanya Reina.
"Pria," jawab Safira.
"Yakin cuma teman?"
"Kayanya engga deh, kita baru bertemu dua kali, kalau begitu apa yah?" Bingung Safira.
"Pacar mungkin." Reina tersenyum.
"Gak lah Kak Reina." Safira ikut tersenyum.
"Padahal Kakak mau mengenalkan kamu dengan adiknya kakak."
"Adik Kakak yang laki-laki itu?"
"Iya."
Safira memicingkan matanya lalu berkata, "Jangan bilang, Kak Reina mau menjodohkan aku dengan adiknya kakak itu."
"Kalau kalian mau." Reina makin tersenyum dan menjahili Safira.
"Maaf Kak Reina, aku sudah mencintai yang lain." Ucap Safira begitu dramatis.
"Yang sering kamu ceritakan itu?" tanya Reina.
"Iya, idol pria." Safira tertawa lantang dengan ke haluannya.
Reina dan Safira menikmati waktunya, entah itu belanja atau makan, karena waktu sudah berlalu Reina dan Safira segera pulang ke mansion.
Reina dan Safira pulang pergi menggunakan mobil pribadi, dan Safira lah yang menyetir karena Safira yang ingin, dan jangan lupakan skill mengemudinya yang sangat terampil.
Sepanjang perjalanan, Reina dan Safira tak henti-hentinya tertawa karena candaan mereka, dan tak lama mereka akhirnya tiba di mansion.
"Mommy, kami pulang."
"Bagaimana jalan-jalannya sayang?"
"Sangat menyenangkan."
"Syukurlah, sekarang kalian istirahat dulu, pasti lelah kan habis jalan-jalan."
"Iya Mommy." Reina dan Safira pergi ke kamar masing-masing.
Beberapa jam kemudian, Reina dan Safira keluar untuk makan malam bersama, karena Adya sudah memanggil mereka.
"Dimana Kak Theo?" tanya Safira.
"Kakak mu akan terlambat pulang, jadi kita makan saja," jawab Adya.
"Sayang, apa Theo menghubungimu?" tanya Adya kepada Reina.
"Tidak Mommy," jawab Reina.
"Sepertinya dia lupa, dan malah mengabari Mommy."
"Iya, tidak apa Mommy."
"Dia mana mau mengabari ku," batin Reina.
"Kak Theo kebiasaan lupa mulu, waktu itu saja, masa iya kak theo mengabari ku akan menikah tapi keesokan harinya, tentu saja aku tidak bisa datang," kesal Safira
"Bukannya Theo mengabari kamu seminggu sebelumnya sayang?" tanya Adya.
"Tidak Mommy," jawab Safira.
"Kenapa bisa begitu." Padahal Adya sudah mengatakan untuk memberitahu Safira jauh sebelum acara.
"Theo sudah menjelaskan, kalau dia lupa waktu itu," jelas Reina.
"Iya sih," jawab Safira.
"Ya sudah, kakakmu pasti lupa karena banyak pekerjaan."
"Tapi aku masih kesal Mommy."
"Sayang." Adya mengusap kepala Safira.
Safira pun diam dan kembali memakan makanannya. Dan akhirnya mereka bertiga makan malam tanpa Theo.