Chereads / Suamiku Berbahaya / Chapter 15 - Malam Pertama

Chapter 15 - Malam Pertama

Theo baru saja selesai membersihkan diri, sedangkan Reina lebih dulu sebelum Theo. Begitu Theo keluar, Theo melihat Reina duduk di sofa.

"Tidur di ranjang, jangan di sofa."

"Kak Theo ada kerjaan?"

"Emm."

"Yes." Reina langsung berlari ke arah ranjang, Theo tersenyum melihat tingkah Reina.

Theo duduk sambil memainkan smartphonenya, Theo bukan sedang bekerja, tapi Theo sedang membaca step by step bagaimana caranya agar Reina luluh saat Theo mulai beraksi.

Selesai membaca artikel, Theo pun mulai melancarkan aksinya.

"Reina." Panggil Theo.

"Lareina Zeline."

"Kenapa?" Ucap Reina kesal karena terganggu.

"Kemari." Theo memberi kode dengan tangannya.

"Apa sih?"

"Cepat." Dengan langkah malas Reina menghampiri Theo.

"Duduk di sini." Theo menepuk pahanya, tentu saja Reina menolak.

"Cepat, sebelum aku berbuat kasar."

"Gak mau."

"REINA." Jika sudah begini nyali Reina langsung menciut, dengan gerakan pelan Reina ingin duduk membelakangi Theo, namun Theo langsung menariknya dan membuat mereka duduk saling berhadapan.

"Kak Theo, jangan."

"Memangnya aku mau apa?" Reina menunduk dan tidak menjawab.

"Tatap mataku." Perlahan Reina menatap mata Theo mereka mulai menyelami tatapan satu sama lain. Libido Theo mulai bangkit, dengan cepat.

Chup!

Theo langsung menyerbu bibir Reina, Reima yang awalnya kewalahan mulai terbiasa, karena mereka melakukan ciuman bukan yang pertama. Mereka melumat bibir atas dan bawah bergantian, namun permainan tentunya akan lebih di dominasi oleh Theo.

Karena Theo ingin lebih leluasa, Theo langsung menggendong tubuh Reina menuju ranjang. Theo menidurkan Reina dengan ciuman mereka yang masih berjalan, Theo tidak mau melepaskan ciumannya barang sedikitpun dan Theo langsung menindih tubuh Reina tanpa jarak.

"Ahh." Desah Reina karena Theo menindih tubuhnya begitu rapat.

Mendengar desahan Reina, Theo semakin brutal menciumi bibir Reina, benang saliva membanjiri kegiatan mereka berdua. Theo melesatkan lidahnya begitu bibir Reina terbuka, mereka saling melilit lidah dengan sangat intens.

Reina memukul lengan Theo karena kehabisan nafas, dengan baik hati, Theo melepaskan ciuman mereka. Saat Reina meraup oksigen, Theo memperhatikan bagaimana Reina bernapas, itu membuat Theo pusing bukan kepalang karena kecantikan istrinya.

"Cantik." Ucapan Theo membuat pipi Reina merona.

Tangan Theo menjalar untuk merapihkan anak rambut Reina, mereka saling bertatapan, saat Theo melihat bibir merah merekah milik Reina. Theo kembali menciumnya, rasanya tidak ada lagi hari esok untuk mencicipi bibir manis istrinya.

Masih asik saling melumat, tangan Theo mulai membuka satu persatu kancing baju tidur yang Reina pakai. Saat semua kancingnya terbuka, Theo langsung membukanya dan melemparkannya ke sembarangan arah, beruntung Reina hanya memakai bra hitam sebagai dalaman.

Bibir Theo berpindah ke leher, bibirnya mulai mencium, menghisap dan menggigit leher indah milik istrinya.

"Akh, jangan di gigit." Reina mengadu karena Theo menggigitnya, kemarin saja bekasnya belum hilang, ditambah sekarang, pasti kiss mark itu akan bertahan lama.

Tangan Theo mulai gatal untuk meremas payudara Reina yang masih tertutup bra, desahan Reina pun keluar.

Tangan Theo mulai menelusup ke belakang dan mulai mencari pengait bra. Saat mendapatkan apa yang di cari, Theo bangkit, begitu payudara Reina tidak tertutupi bra, mata Theo melotot tidak percaya dengan apa yang di lihat, ukuran payudara berisi milik Reina begitu besar dan sangat menggoda.

Reina menutupnya dengan tangan, Reina malu karena Theo menatapnya seperti itu.

"Jangan di tutup sayang." Theo memindahkan tangan Reina agar tidak menutupi pemandangan indah yang berada di depannya.

Air liur Theo sudah tidak bisa di bendung, Theo menjilat puncak payudara kanan Reina dengan sensual, pelan namun mematikan, membuat Reina frustasi, Reina ingin lebih.

"Kak Theo." Desah Reina.

Tanpa menunggu lama Theo langsung melahap payudara kanan Reina, menyesapnya dengan sangat cepat dan kuat, berharap ada air asi yang keluar dari dalam, Theo seperti sedang menyusu kepada induknya. Payudara kiri Reina tentu mendapat jatah dari tangan kanan Theo, Theo meremas, mencubit puncaknya, menekan, memutar, menarik dengan kencang dan terus seperti itu.

"Akh Kak Theo." Reina berteriak begitu Theo mengigit puncak payudaranya.

"Ini enak sayang." Ucap Theo tidak jelas.

Theo beralih ke payudara kiri dan tangan kirinya beralih ke payudara kanan, Theo memberikan sentuhan adil kepada ke dua payudara Reina. Reina yang baru pertama kali merasakan sensi linu, sakit, geli, namun nikmat dibuat tak berdaya, Reina melampiaskan kenikmatannya dengan meremas seprai.

"Kak Theo."

"Emm sayang."

"Jangan terlalu cepat."

Theo malah semakin menjadi, membuat sensasinya bertambah, Reina membusungkan dadanya karena nikmat dan Theo semakin mempercepat aksinya.

Theo berhenti, dengan satu kali gerakan Theo membuka baju yang dia pakai. Reina dengan jelas dapat melihat otot perut Theo dari jarak dekat, Theo menyamakan wajah mereka lalu Theo mengecup kening, hidung, kedua mata, kedua pipi, dagu, dan terakhir.

Chup!

Chup!

Chup!

Tiga kali ciuman di bibir, kemudian Theo kembali melumat bibir Reina dengan rakus.

Karena dada mereka yang polos, payudara Reina juga nipple Theo saling bergesekan, membuat sensasi geli juga nikmat.

Theo berpindah ke bawah, Theo membuka celana juga panty yang Reina pakai, lalu melemparnya asal. Theo kembali menikmati payudara Reina, namun tangan kanannya mulai mencari tempat hangat di bawah sana, dapat Theo rasakan bagaimana basahnya vagina Reina.

"Kamu basah sekali sayang."

"Ahh Kak Theo." Reina mendesah saat jari nakal Theo mengusap vaginanya.

"Akh." Reina merasakan benda asing masuk ke dalam vaginanya.

Setelah jari telunjuknya menerobos masuk, Theo mulai memainkan jarinya, Reina di buat mendesah tak karuan karena jari tangan Theo yang panjang begitu dalam memasuki vaginanya.

"Ahh, ahh, Kak Theo."

"Emmm." Theo masih sibuk dengan payudara Reina.

"Aku ingin ahh, keluar."

Theo bangkit, karena Theo ingin melihat ekspresi Reina saat mendapatkan pelepasan pertamanya.

"Ahhh." Theo di buat terpana begitu melihat wajah Reina yang sangat seksi saat mendesah panjang seperti itu.

Sebelum ke step yang lain, Theo menjilati pelepasan Reina yang ada di tangannya, "Manis." ucap Theo.

Kemudian, Theo memposisikan dirinya di tengah, Theo menunduk kemudian menghirup aroma candu dari vagina Reina. Reina di buat geli dengan tindakan Theo, tanpa berlama-lama, Theo mencium, melumat, lalu memasukan lidahnya ke dalam dan membuat Reina kembali mendesah tidak karuan.

"Ahh Kak Theo." Tangan Reina menjambak pelan rambut Theo, bermaksud agar Theo menghentikan aksinya, bukannya berhenti, Theo malah semakin dalam menikmati vagina Reina dengan mulut dan lidahnya.

"Aah." Reina kembali mendapatkan pelepasan.

Puas menjilati pelepasan Reina yang kedua, Theo bangkit, lalu melepaskan celananya. Begitu penis Theo keluar, Reina menutup matanya malu karena penis Theo yang sudah berdiri dan jangan lupakan bentuk dan ukurannya yang baru pertama kali Reina lihat.

"Kak Theo jangan." Theo kembali menindih tubuh Reina.

"Akh, ahh." Mereka berdua sama-sama berteriak juga mendesah begitu penis dan vagina mereka bergesekan, Theo sudah tidak kuat, Theo pun segera memposisikan dirinya.

"Jangan." Reina mulai meneteskan air mata.

"Trust me." Theo menggenggam kedua tangan Reina lalu meletakkannya di leher.

"Kak Theo." Theo tidak bisa lagi menunggu, dengan pelan tapi pasti penis Theo berusaha menerobos masuk.

"Akh sakit."

"Bertahan sayang."

Penis Theo baru masuk sedikit karena vagina Reina yang sangat rapat. Theo menggerakkannya pelan, lalu Theo menghentakkan nya dalam satu kali percobaan.

"Akhhhhh." Reina berteriak kencang.