Di mana kesedihan aku memberi tahu aku bahwa tidak apa-apa untuk membakar dunia ketika aku terluka.
Tapi kemudian aku melihat selimut yang kukenakan padanya.
Dia baik-baik saja.
Benar?
Karena alam semesta tidak sekejam itu.
Benar?
Mencoba untuk tidak panik, aku mengambil kunci aku dan berlari melintasi halaman ke rumah utama. Mungkin dia sedang sarapan?
Dapurnya kosong kecuali ayahku, yang sedang membaca koran seolah dia benar-benar normal.
"Putra." Dia tidak melihat ke atas.
Aku ingin mencekiknya. Alih-alih membuat wajahku tanpa ekspresi. "Yo."
Dia perlahan-lahan menurunkan kertas memberi aku tampilan geli dengan mata biru cerah. "Apakah kamu baru saja ... 'yo' aku?"
"Ya." Aku mengernyit dalam hati. "Tidak… Hei, apakah kamu melihat Annie?"
Dia memberi aku desahan terpanjang dalam sejarah desahan. "Dan jika aku punya?"
