"Kita harus pulang!" seru Mayleen.
"Mayleen, kau baru saja bangun dari pingsanmu. Ini sudah malam. Sebaiknya kau istirahat."
Mayleen menggeleng dengan wajah murkanya. Ia memang meminta pulang saat melihat Hendrick. Ia tak ingin berlama-lama dengan sahabatnya yang ia cintai. Ia takut jika cintanya pada Hendrick kembali tumbuh.
"Aku tak mau tahu, Hendrick! Kita harus pulang! Orang tuamu mencemaskanmu, Sera juga dan mereka memintaku untuk membujukmu pulang!" jelas Mayleen.
Hendrick frustasi. Ia menatap arlojinya yang menunjukkan pukul 12 malam. Ia tak mungkin keluar dalam keadaan hujan yang masih lebat.
"Besok pagi, aku janji. Kita pulang. Please, aku mohon," pinta Hendrick.
Napas Mayleen tersengal-sengal. Amarah sudah menguasainya hingga ia tak membalas ucapan Hendrick.