Ia menatap dirinya di cermin. Akhir-akhir ini ia sering kali menatap dirinya sendiri di cermin ketika merasa gugup. Apalagi setelah ia mendengar setengah pengakuan Nathan yang hampir saja ia katakan.
Mayleen menghela napasnya dan membasuh wajahnya. Serius dengan pria lain bukan hal yang ia inginkan saat ini.
Bertemu Nathan memang menyenangkan. Mengenalnya juga membuatnya merasa memiliki teman. Apalagi Nathan adalah psikiater yang sedang membantunya menghadapi masalahnya.
Sambil merebahkan tubuh dan siap untuk tidur, Mayleen memeriksa ponselnya yang seharian ini ia abaikan karena pesan-pesan Alex. Tapi rupanya Alex tak berhenti mengirimkan pesan hanya untuk memberitahunya.
Lalu satu pesan di saat itu juga masuk ke ponselnya. Nathan mengirimnya pesan untuk meminta izin apakah ia boleh meneleponnya atau tidak.
Mayleen tidak menjawab. Ia akan berpura-pura seolah ia sudah tidur. Walau begitu, ia berusaha untuk terlelap. Ia menaruh ponselnya dan kemudian memejamkan matanya.