Untungnya kaki Mayleen memang hanya terkilir. Jadi, saat pemeriksaan pun tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sayangnya, kekhawatiran Alex memang sangat tinggi. Betapapun ia tak ingin istrinya terluka.
"Kita ke kantor aku dulu," kata Alex.
Mayleen tidak menjawab yang artinya ia mengiyakannya. Lagipula, memang saat ini hanya Alex yang bisa diandalkan.
"Setelah dari kantor, apa kau mau makan? Atau bagaimana?"
"Makan saja di kantin kantormu, Alex," jawab Mayleen datar.
"Kau yakin?"
Mayleen menatapnya dengan satu alis terangkat. "Memangnya kenapa? Masakan di kantinmu juga enak."
Alex mengedikkan bahunya. "Jika itu kemauanmu, baiklah."
Tiba di kantor, Mayleen tentu ikut masuk ke dalam karena Alex memaksanya. Ia tidak ingin membuat istrinya menunggu di dalam mobil. Satu kantor tentu tahu siapa Mayleen. Mereka menyapanya dan Mayleen membalasnya disertai dengan senyuman.