Pada saat ini, tangan Sheila mencubit wajah Fero. Sedangkan, tangan Fero mendorong leher Sheila agar dia tidak terlalu dekat dengannya. Fero tidak berani melakukan sesuatu padanya. Lagi pula, lawannya ini adalah seorang gadis, jadi dia masih menunjukkan belas kasihan.
Kedua orang itu menuduh satu sama lain pada saat yang sama hingga keduanya sama-sama tercengang.
Sheila mengendurkan tangannya. "Apa katamu?"
Fero tak kalah bingung. "Apa yang kau katakan? Keluarga Rahmat? Bukankah kau keluarga Sunyoto dari Jakarta?"
"..." Sheila tertegun.
Fero berpikir sejenak, lalu terbatuk. "Sepertinya kita salah paham. Kau lepaskan dulu tanganmu. Ayo kita bicarakan baik-baik."
Sheila sangat marah dan tidak mau menurut begitu saja. "Tidak. Kau dulu yang melepaskan tanganmu."
"...Begini saja. Aku hitung sampai tiga dan kita lepaskan tangan kita masing-masing secara bersamaan," usul Fero.
"Ya.."
"Satu, dua. tiga..."