Ketika tangannya mengencang di rambutku, aku tahu dia dekat, jadi aku melepaskannya. "Apa cara terbaik untuk melakukan ini?"
"Kamu bisa terus mengisap penisku jika kamu mau."
"Aku suka penismu, aku juga sangat menginginkan lubangmu, bawel."
Tangannya melesat dan meraih bolanya.
"Astaga, apakah itu hampir membuatmu gila?"
"Itu hangat sekali, Raka."
Aku menyingkir sementara Adi berbalik, berlutut, dan membungkuk, bertumpu pada lengannya dengan pantat di udara.
Berlutut di belakangnya, aku merentangkan pipinya, menghirup debu tipis rambut di celahnya, lubang sempit yang ingin kubuka. "Ya Tuhan," bisikku, menggosok ibu jariku ke sana. Dia mengepal, dan aku melakukannya lagi. "Lubang yang sangat bagus, Bawel." Aku tidak yakin apakah itu hal yang benar untuk dikatakan. Bisakah aku menyebut bajingan untuk itu?.
"Tuhan, kau benar-benar menghancurkanku."
Itu menempatkan kami pada pijakan yang sama karena Adi melakukan hal yang sama untuk ku.