Chereads / I DON'T BELIEVE MY DESTINY 1 / Chapter 4 - Perjalanan

Chapter 4 - Perjalanan

Tujuh belas tahun berlalu sejak peristiwa itu, Gres semakin bertumbuh dan menjadi gadis yang sangat cantik, kulit nya yang putih bersih, dengan rambut panjang bergelombang hingga sepinggang nya terurai lepas terhepa angin yang menari di sekitaran celah rambut nya, mata nya yang besar menambah godaan untuk terus menatap kewajah nya dan tidak lupa senyum nya yang manis , memperindah semua organ yang terletak di wajah nya, selain cantik ia juga sangat pintar dan rajin, hanya satu saja yang kurang dari nya.. keberuntungan..

" Ya.. Gres.. jangan berlarian seperti itu.. kau akan jatuh.."

" Aku sudah sangat terlambat Senpe.. jika aku tidak berlari.. aku akan ketinggalan ujian ku"

BRUKKKK~~

" Apa yang barusan ku katakan" Menyipitkan mata saat melihat Gres jatuh dan menepuk jidat nya mengigat hal itu benar-benar terjadi

" Aduh.." terjatuh dengan posisi muka benar-benar mencium tanah dengan mesra, dan segera bangun dan membersihkan tubuh nya dari kotoran di lantai, walaupun ia berusaha membersihkan tubuh nya yang kotor, tetap saja kotoran itu masih meninggalkan bekas di seragam sekolah nya yang putih bersih , berlengan panjang di hiasi dengan pita biru kecil yang menyilang di kerah baju nya, dan rok biru tua sepanjang lutut

" Ini pasti karena kata-kata Senpe, ingat Senpe.. kata-kata peramal itu sangat menakutkan" Dan melajutkan lari nya

" Hei Gres.. Kau baru saja sampai? " Sapa seorang wanita yang lebih tinggi dari Gres, yang berdiri di samping tiang sekolah , tepat di depan koridor masuk sekolah sambil melambai kan tangan kanan nya, dan tangan kiri nya sibuk memegangi tas nya

" Ah.. Verlita.." Nama nya Verlita , ia teman dari kecil ku dan dia juga punya ke unikan lain nya selain tinggi badan nya yang semampai, ia dapat melihat makhluk-makhluk yang tak kasat mata .. yup dia dapat melihat hantu dari beberapa tingkatan,

" Kau pasti terjatuh saat ke sini"

" Eh.. kenapa kau bisa mengatahui nya? Jangan-jangan kau juga peramal?"

"Bodoh.. tanpa menjadi peramal saja semua orang pasti mengetahui nya, lihat lah baju mu yang kotor itu.." Menggelengkan kepala " Sudah-sudah kita sudah tidak memiliki waktu, ayo cepat sebelum kita tidak boleh memasuki ruangan saat ujian di mulai"

Bukan nya aku tidak mengetahui semua kejadian tujuh belas tahun lalu, aku mengetahui nya dengan sangat jelas semua kejadian itu, mungkin saat itu aku baru berusia dua tahun tapi sekarang aku mengerti dengan gambaran itu, hanya saja saat melihat keluarga ku yang berpura-pura tidak terjadi apapun , aku mengurungkan niat untuk menanyakan, tetapi saat kejadian itu terlitas di pikiran ku, aku dapat merasakan rasa yang sangat sakit di sekitar jantung dan dada ku. Dan aku harus berkonsentrasi dengan ujian ini untuk dapat masuk dalam universitas ternama , tidak seperti Verlita yang bisa mendapatkan nilai yang bagus tanpa harus bersusah payah, yang kata nya ia dapatkan dari ketiga teman nya yang tak kasat mata