Langkah demi langkah diambil olehnya untuk menyusuri trotoar jalanan. Tak pernah disangka jika dia akan berakhir dengan perasaan seperti ini. Semuanya berkecamuk hebat tiada pernah hentinya. Nata tak pernah siap bertemu dengan Rama setelah semua yang terjadi. Hatinya belum benar-benar siap dengan apa yang ada di depannya.
Gadis itu sekarang duduk di sisi halte bus. Memandang jauh apapun yang ada di atas sana. Langit sedikit mendung, tetapi masih sedikit memberi celah untuk cahaya mentari mengintip di balik gumpalan awan yang tipis. Setidaknya itu bisa menjadi jaminan agar dia tak pulang dalam keadaan yang basah kuyup, Nata tak bawa payung.
Seorang gadis datang, menghampiri dan duduk di sisinya.
"Kakak menunggu bus yang arah mana?" Gadis itu tiba-tiba saja memulai pembicaraan. Membuat Nata menoleh dan menatap heran. Dia tak kenal siapa yang baru saja datang. Wajahnya asing. Suaranya pun tak pernah didengar oleh Nata.