Keduanya berjalan ringan. Lingga mengawasi langkah kaki gadis yang berjalan di depannya. Nata masih tak mau membuka mulut. Di sepanjang perjalanan, gadis itu hanya diam. Membisu. Menangis sesekali, menyeka air matanya kemudian. Lingga pun tak berani berbuat apa-apa, dua enggan membuat Nata kembali menangis jika aksinya tak tepat. Nyatanya, gadis itu masih memilih untuk memendam semuanya alih-alih, berbicara dan bertanya.
Gerbang rumah Nata sudah terlihat. Gadis itu berhenti. Membuat tubuhnya kala sampai di sisi gebang rumahnya. Tertutup, tetapi lampu utama masih dinyalakan dengan begitu terang.
"Lingga ..." Nata melirih. Akhirnya mau membuka suaranya dengan nada bicara yang gemetar. "Makasih sudah menghantarkan pulang." Nata tersenyum tipis, itu tidak benar-benar datang dari dalam hatinya. "Maaf karena merepotkan."
"Terjadi sesuatu?" tanya pemuda itu pada akhirnya. Memberanikan dirinya untuk berbicara.