September 2006
Luna menghentikan langkahnya seketika. Tampak sedikit kebingungan karena tiba-tiba satu buket mawar putih diulurkan kepadanya. Membuatnya dengan cepat melirik seseorang yang kini berdiri di ambang pintu dan memeganginya. Menemukan sosok yang memang paling membuatnya sebal saat ini.
"Ini terimalah. Ini tanda permintaan maafku kepada kamu atas kejadian tempo hari," kata si pemberi bunga dengan ekspresi yang masih saja datar dan tanpa emosi di wajahnya. Tampak sedikit canggung memandang Luna juga, sehingga sesekali membuang wajahnya.
Luna melirik bunga itu. Harus diakui kalau benda itu memang cantik, apalagi akrena dia memang paling menyukai mawar putih dari dulu. Tapi apakah hal itu cukup untuk membuatnya memaafkan Rafael atas apa yang telah dia lakukan dan katakan terhadap Luna? Apalagi dengan ekspresi kurang tulus yang terlihat di wajahnya itu?
Tidak.