'Semalam kamu tanpa sadar memperlakukan Rafael seperti saat dulu kamu memperlakukannya. Lalu… hm… lalu… kamu bahkan mencium bibirnya.'
Bahkan setelah beberapa menit berlalu, ucapan Gino itu masih saja terngiang-ngiang di telinga Luna. Bersama dengan ekspresi canggung bercampur serius dari teman sesama SMA-nya itu.
Luna kini uring-uringan di kamarnya. Berbaring di atas tempat tidur yang empuk itu, dia terus saja sibuk mengomeli dirinya sendiri. Berusaha mengingat-ingat apa yang diucapkan oleh Gino tadi. Karena nyatanya memang… dia tak ingat apa-apa.
"Masa sih aku begitu? Kenapa aku tidak mengingat apapun?" Gadis itu mendesah sambil kembali bangun dan mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. Berpikir dengan keras seakan hendak menggali memori yang hilang di otaknya. "Tapi nggak mungkin Gino akan berbohong, apalagi untuk urusan seperti ini. Wajahnya juga tampak serius."