Sean pulang ke rumah dengan tangan yang kosong, ia sendiri tidak apa-apa saat makanan jatahnya diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan, tetapi Sean memikirkan makan apa nanti ayahnya saat dirinya tak membawa makan siang untuk ayahnya.
Walaupun sebenarnya ia juga butuh makanan tadi, tetapi dirinya mengingat-ngingat bahwa masih memiliki stok telur yang berada di dapur. Jadi, Sean lebih memilih untuk memberikan makanan itu kepada orang yang lebih membutuhkannya.
Saat hampir sampai di rumah, Sean melihat pintu rumahnya yang terbuka lebar. Perlahan bibirnya tertarik ke atas, ia sudah bisa menebak kalau itu artinya ada ibunya datang ke rumah.
Dengan cepat Sean berlari menuju rumahnya, begitu berdiri di ambang pintu kedua matanya melebar saat tebakannya benar seratus persen, bahkan beribu-ribu persen tebakannya sangat benar.