Seperti yang dibayangkan Sean tadi sore, kini malam hari saja sudah membuat Sean merasa canggung berada di situasi seperti ini. Belum lagi Geladis yang tak kunjung menuju kamarnya membuat Sean ingin rasanya mengusir perempuan itu kalau tidak ingat bahwa dia adalah anak dari majikannya yang kini harus ia jaga.
Geladis seolah tak menyadari bahwa ada Sean yang kini duduk di karpet, sedangkan dirinya duduk di sofa. Geladis yang sedang memainkan ponselnya sesekali melirik ke bawah—ke arah laki-laki itu yang sedang fokus menatap tayangan televisi di hadapannya.
Bibirnya sedikit tertarik ke atas saat tersadar bahwa kini dirinya sedekat ini bersama Sean. Sungguh ini adalah impiannya sejak dulu, namun sayangnya untuk saat ini itu bukanlah mimpinya lagi karena Geladis sudah benar-benar tak ingin berjuang lagi meskipun saat ini semesta begitu mendukungnya.