Pemuda berambut hitam itu mengeluarkan banyak keringat di dahinya dan Ana segera mengelapnya dengan kain. Tangannya membuka tas dan mengeluarkan air dalam botol. Ia meletakkannya di tanah lalu mengangkat kepala pemuda itu dengan berhati-hati ke pangkuannya. Tangannya mengambil botol itu dan memberinya minum ke bibirnya. Namun, mulut pemuda itu tak bergerak hingga air itu hanya membasahi bibir dan menetes ke dagunya. Arlen menatap Ana sambil mengerutkan alis matanya. Timbul perasaan menggelitik di hatinya yang tidak dipahami saat melihat kepala pemuda itu di pangkuannya. Arlen berdiri.