Mei menyisir rambutnya dengan tangannya hari ini dia sekali lagi dengan muda menyelesaikan tugas dari bossnya.
dia baru bekerja dia perusahaan ini selama enam bulan tetapi dia langsung di promosikan menjadi sekertaris utama.
tentu karena mei bukan seorang perempuan biasa dia adalah lulusan S2 Menejemen Universitas Yale setelah dia lulus dia mendapat rekomendasi kerja di sebuah perusahaan KarlMorgan international atau Disingkat K.M International.
K.M internasional adalah perusahaan raksasa yang bekerja dibidang fintech terutama E-banking dan crypto currency yang membuat banyak sekali perusahaan bergantung pada jasa pinjaman mereka.
Mei menerima tawaran itu dan kebetulan karena K.M internasional sangat membutuhkan orang yang fasih berbahasa indonesia untuk bekerja di cabang baru yang mereka dirikan di Indonesia jalur karir mei melesat dengan cepat.
Boss mei adalah Mr.Alphonse lelaki paruh baya dari amerika berkulit putih ini meski terkenal ketat dalam kedisiplinan tetapi dia adalah orang yang pengertian terhadap mei karena mei tidak pernah sekalipun terlambat atau mengacaukan tugas dan laporannya dia melihat mei sebagia pegawai paling teladan di K.M Morgan.
untuk mei sendiri dia melihat Mr.Alphonse sebagai sosok guru baginya dia mempunyai kepribadian yang mirip yaitu seorang pekerja keras dan seseorang yang disiplin.
melihat keakraban mereka berdua dan mister Alphonse yang selalu baik terhadap mei orang-orang lain dikantor selalu memandang mei dengan sedikit iri tetapi tidak sampai membenci.
"tugas gue sudah selesai semua sekarang gue mau pulang" ucap mei lalu dia mengenakan Jaket panjangnya yang bewarna coklat khaki itu.
pulang dari kantor dia ada janji dengan Daniel kim seorang lelaki yang sekarang lagi dekat dengan dirinya.
daniel dia adalah teman masa kecil Mei mereka tumbuh bersama, keluarga mereka sendiri sudah kenal dekat sejak lama.
ayah daniel adalah seorang konglo yang bekerja di bidang perkapalan seorang dengan jabatan tinggi di perusahaan pengiriman kargo kapal multinational sedangkan ayah mei sendiri adalah seorang dokter kepala rumah sakit yang sudah berteman dengan ayah daniel sejak mereka masih muda.
tentu ini membuat daniel dan mei kenal satu sama lain sejak kecil.
"Masih rindu amerika?" tanya daniel.
"enggak" ucapnya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan.
ekspresi mei muram dia tidak bisa tau harus bagaimana rasa kesepian dalam hatinya tidak terobati.
"kamu kelihatan muram daritadi diminum dulu deh kopinya" ucap daniel
"eh...iya" jawab mei singkat.
mereka sekarang sedang berada di sebuah kafe favorit mereka tempat ini bernama Fever sebuah kafe yang berada diatas rooftop salah satu mall di jakarta.
"Coba lihat aku deh mei" ucap daniel.
mei memandang mata daniel.
tidak lama dia tersenyum.
"gitu dong senyum" ucap daniel.
"hehehe bisa aja kamu, aku gak tau kenapa kalau aku lihat wajahmu aku selalu ketawa" ucap Mei
"hmmm.....kalau gitu sering-sering lihat wajah gue biar lu gak muram terus" ucap daniel.
Mei tersenyum kepada daniel.
"oh iya gimana kalau minggu depan kita ke midnight bar bareng ada event live music sama promo minuman, tepat banget acaranya buat hang out.
"hmmmm...oke deh" jawab Mei.
Kurang lebih sudah setahun Mei kembali tinggal di indonesia setelah kuliahnya s2 management di Yale university amerika serikat dia sudah kembali terbiasa dengan indonesia dari makanan indonesia yang penuh dengan variasi bumbu hingga kemacetan jakarta yang bikin frustasi.
dia kembali ke apartementnya menaruh jaket panjangnya lalu melepas pakaiannya berganti ke pakain yang lebih nyaman.
sebuah tank top yang terbuat dari sutra bewarna magenta dan celana pendek.
dia berbaring di sofanya memandang kearah luar.
hatinya masih terasa hampa dia tidak bisa melupakan memori tentang Edward.
Saat itu mei dan edward mereka sudah pacaran selama satu tahun tapi di bulan-bulan akhir dalam hubungan keduanya merasa tidak tahan lagi dengan kondisi mereka.
setiap teman yang bertemu dengan mereka bertanya apa mereka putus?
atau apakah ada masalah dalam hubungan mereka
tetapi yang terjadi adalah sesuatu yang lebih kompleks
mei selalu menghubungi edward saat diwaktu luang tetapi edward tidak bisa menerima panggilan mei karena dia sibuk dengan kegiatan organisasinya.
edwardpun juga begitu saat dia menghubungi mei dia selalu sibuk dengan tugas dari professornya.
banyak sekali janji untuk hangout bareng yang mereka rencanakan tetapi banyak juga yang mereka satu sama lain ingkari.
pada saat moment datang mereka sering kali kecewa di kesempatan moment bersama itu.
mendapat jawaban yang tidak sesuai harapan, mendapat respond negatif pada sesuatu yang mereka satu sama lain kerjakan dan tumbuhnya pikiran untuk saling individu sendiri-sendiri yang pada akhirnya menuntun hubungan mereka menjadi passif.
musim salju akhir tahun edward datang bertanya kepada Mei.
"apakah kita harus meneruskan hubungan ini? kamu sibuk dengan prestasi kuliahmu dan aku juga sibuk di organisasi kuliahku apakah tidak sebaik kita fokus ke satu hal dulu kamu taulah apa yang aku maksud" ucap edward dengan bahasa inggris dan logat britishnya.
"ehem...aku tau kok yang kamu maksud aku juga sadar kalau hubungan kita gak bisa kayak gini terus" ucap mei dengan muram memakai bahasa inggris dia tau dia harus memilih antara edward atau kuliahnya.
"jadi?" tanya edward.
"aku mau fokus kuliah dulu" jawab mei dengan menundukan kepalanya.
"mei" ucap edward memanggil nama mei seketika itu mei memandang kearah edward dan mata mereka saling bertemu.
mata biru edward terlihat berkaca-kaca disana dia merasa dia telah melakukan keputusan yang salah tetapi di juga tidak bisa menarik ucapannya karena dia sudah memutuskan untuk fokus di karirnya.
edward tersenyum muram seakan dia harus tersenyum supaya ini tidak menjadi moment yang larut sedih.
"jika itu adalah yang terbaik buat mei aku akan menerima keputusan itu, aa..a iya aku rasa aku juga harus fokus kepada organisasiku aku juga tidak ingin membuat orangtuaku marah karena mereka juga menentangku masuk ke jurusan ini. terima kasih dengan semua memori yang kita jalani bersama semoga kamu selalu sehat dan selalu diberkati" ucap edward dengan menghela nafasnya menahan rasa sedihnya.
dia mengelus kepala mei untuk terakhir kali lalu dia pergi.
meski berat bagi mereka tetapi mereka harus memilih keputusan itu lagipula logikanya untuk seseorang yang masih muda kepentingan individu dan masa depan adalah prioritas mereka.
setelah mereka putus karir Mei melesat tinggi dia berhasil masuk dan bekerja ke K.M international dan mendapat start jabatan tinggi dan juga berbagai promosi jabatan.
Mei berdiri lalu membenarkan posisi sebuah bingkai foto yang dalam posisi tertidur.
dia memandangnya sebentar ke foto dalam bingkai tersebut sebuah foto dia bersama edward disebuah jalan di newyork saat itu hujan gerimis mereka bertemu dengan street fotografer yang menawarkan jasanya.
mereka membayar orang itu lima dolar untuk memfoto mereka setelah itu mencetaknya dua lembar untuk mereka masing-masing simpan.
Mei menidurkan kembali bingkai foto tersebut.
"gaboleh-gaboleh ini adalah keputusanku" ucap mei sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
hari janji mei dan daniel tiba.
mei berpakaian dengan dress exotic yang memperlihatkan banyak bagian tubuhnya.
rambut hitam panjang yang dia kepang model side braid ciri khas orang asia dan dress merah yang membalut kulit putih dan badan ramping mei yang membuat mei bak supermodel.
daniel kim menyusul mei dengan menaiki sebuah mobil ford mustang sebuah mobil muscle dari america yang terkenal sering dipakai di film-film hollywood.
"wow" ucap daniel.
"hehehehe gue cantik ya?" ucap mei sambil tertawa.
"kamu luar biasa malam ini" jawab daniel
daniel memakai baju hem dan celana hitam panjang dan sebuah suspender, rambutnya memakai pomade yang ditarik kebelakang dengan gaya tipikal pomadic gentleman.
dengan percaya diri daniel membawa mei ke midnight bar.
mereka disana duduk di satu meja lalu memesan satu botol whiskey dan meminta satu bucket es batu.
sambil mendengar alunan musik pop jazz mereka menuang whiskey ke gelas mereka.
"gimana chill banget kan suasananya" ucap daniel.
"gue suka suasananya gue rasa ini bener-bener bantu gue ngelepasin stress" jawab Mei.
"kan....apa gue bilang pas banget ini event kita dapat tempat duduk enak dengerin live music dapat diskon lagi buat minumannya" ucap daniel
setelah botol whiskey pertama mereka habis mereka memesan botol kedua.
disini Mei dan daniel sudah sedikit tipsy mereka tetap sadar tapi badan mereka terasa ringan.
dari live music jazz berubah menjadi musik yang lebih upbeat dan electro oleh seorang DJ yang masih tetap memaki mesin Dj klasik Vinyl .
"yuk" ucap daniel berdiri lalu menari di dance floor bar beserta banyak orang.
mei tersenyum melihat daniel lalu dia juga ikut berdiri lalu menari dengan daniel.
mereka tersenyum memandang kewajah satu sama lain.
larut dalam suasana bar mei seakan melupakan semua keresahannya.
"is this the right place" ucap seseorang wanita bule berambut medah dengan bahasa inggris.
"well let me do the rest you just need to find a seat i will join you later" ucap seorang pria bule dengan bahasa inggris dan logat british.
"saya pesan martini cocktail dua dikocok bukan diaduk" ucap pria itu dengah bahasa indonesia meski masih sangat kental logat british dalam pengucapannya.
mereka berdua duduk di meja paling pojok club.
"gosh why we get the most corner seat in this goddamned bar look how dark our seat is i barely can see anything"
"you just overexaggerated it this seats are fine its not too dark, stop being so murky we come in here to get fun after all" ucap pria itu dengan bahasa inggris.
"well you right today im going to have fun and enjoy this little break from all those tiring work" ucap perempuan itu.
"Rose you better to speak in bahasa so you can be more fluent after all we really need to act nice in this country if we want to gain support from them" ucap pria berlogat british itu
"i understand it but spare me this time only tonight i want to forget all thing regarding our work" ucap perempuan itu.
"well what you waitng for enjoy yourself" ucap pria itu.
perempuan itu meminum martininya dalam satu teguk lalu ikut menari di dance floor.
pria itu duduk sendirian di meja paling pojok bar dan kadang-kadang dia memandang kearah teman perempuannya itu mengawasinya dari jauh supaya tidak ada masalah.
dia membuka tabletnya menyusun rancangan rundown dari program kerjanya.
ditemani sebuah martini dan alunan musik upbeat pria itu mulai terbawa suasana.
dia menyimpan tabletnya lalu berdiri berjalan menuju dance floor.
dia ikut menari mengikuti irama upbeat pop dari dj.
"brak" dia menabrak seorang perempuan dengan kencang hingga perempuan itu hampir jatuh.
"Maaf" ucapnya pria itu.
"enggak aku yang salah aku agak tipsy soalnya" ucap mei.
mata mereka bertemu.
mei mengenali pria itu mata biru dan badan tinggi besar serta rambut bewarna coklat natural tidak salah lagi dia adalah edward.
"Mei"
"Mei"
ucap edward dan daniel bersamaan.
Mei memandang kearah daniel.
"lu gakpapa?" ucap daniel.
"Cmon Edward move your body" ucap seorang perempuan dengan rambut merah itu sambil mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti irama musik datang kepada Edward.
dia menarik tangan edward dan mengajaknya menari.
perempuan itu berambut merah auburn ada titik-titik freckles di area hidungnya badannya tinggi dia tampak seperti tipikal perempuan norwegia.
perempuan itu membawa edward menjauh dari mei lalu dia menari bersama dengan edward bahkan memeluknya.
mata mei tidak bisa lepas dari edward semua yang di lihatnya menjadi rasa sesak dihatinya.
daniel menarik mei dan mengajaknya menari.
"kenapa kok sedih lagi gitu mukanya?" tanya daniel.
"enggak" ucap mei dengan pelan.
"senyum dong" ucap daniel.
mei memaksakan senyumnya di depan daniel dan mencoba melupakan segalanya mengganggap edward tidak ada disana tetapi dia tidak bisa terkadang dia mencuri-curi pandang kearah edward.
Edward Snow dia adalah seorang yang baru lulus dari yale university setelah lulus kuliah dia bergabung dengan democratic party of United States of America.
menjalani karirnya sebagai politisi muda tidaklah muda ayahnya yang seorang insinyur roket di organisasi antariksa NASA sangat menentang Edward untuk menjadi politisi dia ingin anaknya untuk menjadi insinyur sama seperti dirinya tetapi edward yang mempunyai jiwa kebebesan besar setelah mendapat beasiswa dan sponsor untuk masuk kedalam democratic party dia keluar dari rumah menyewa apartemen dengan uang yang diperolehnya lalu tetap memilih jurusan impiannya yaitu ilmu politik.
Mei memandang edward yang menari dengan cewek bule tersebut ada suatu kekesalan yang aneh muncul dalam hati mei.
bukan rasa cemburu atau sedih tapi rasa marah dan ego dalam harga dirinya yang merasa kalah saing.
Jika edward bisa move on kenapa aku aku gak bisa ucapnya dalam hatinya
"Daniel boleh gak aku cium kening mu?" ucap mei yang mabuk.
"Hah?....Apa?" tanya daniel.
"Aku pengen cium kening kamu?" terlontar dari mulut mei begitu saja tanpa memikirkan konsekuensinya.
mungkin ini adalah rasa ego mei yang tidak ingin disaingi dia merasa dia sudah kesal dengan rasa gelisahnya.
dia memandang kearah edward dan kebetulan edward memandang kearah dirinya.
saat itu juga mei memegang kepa daniel lalu menariknya dan mencium keningnya.
daniel sangat terkejut dengan hal itu.
setelah mei mencium kening daniel dia kembali memandang memandang kearah edward yang terkejut melihatnya.
hari ini berakhir dengan sangat rumit bagi Mei meski dalam keadaan Tipsy untuk mencoba melupakan kegelisahannya tetapi hari ini dia malah bertemu edward snow yang datang bersama cewek bule lain yang membuat Mei makin gelisah dengan dirinya sendiri.