Diana memiringkan badannya hingga bisa melihat Revan yang ada di depan pintu kelasnya.
"Kau di kelas ini juga?" tanya Kevin pada Revan.
"Begitulah," balas Revan seadanya.
"Tunggu Revan. Kata-kata mu tadi.. jadi kau sudah tahu hal ini?" Diana menyipitkan matanya pada Revan.
Jadi Revan tahu bahwa Kevin baik-baik saja dan tidak pindah sekolah? tanya Diana dalam hati.
"Sekarang kau sudah mengerti, kan." Revan membalas.
"Huh?" Diana ingat percakapannya dengan Revan di telepon. Jadi memang maksud Revan itu berhubungan dengan Kevin.
"Kenapa kau tidak memberitahuku langsung? Kau senang dengan apa yang kau lakukan?" Diana berkata dengan perasaan kesal.
"Sekarang seharusnya kau menuntut penjelasan padanya bukan padaku," ucap Revan menunjuk ke arah Kevin.
"Oh, benar." Diana beralih menatap Kevin.
Revan berhasil mempengaruhi Diana dan mengalihkan perhatian darinya.
"Jadi Kevin, kenapa kau menghilang selama liburan kemarin?" Diana menuruti Revan tanpa protes lagi dan menuntut jawaban pada Kevin.
"Aku sedang sibuk," jawab Kevin singkat.
"Halo, Kevin. Kau hidup di jaman apa? Hanya sebuah pesan singkat tak akan memakan waktu semenit." Diana mendengus.
Diana tak percaya Kevin bisa beralasan yang lebih tidak masuk akal lagi.
Kevin membalas, "Aku belum terbiasa menggunakan ponsel pintar. Kau tahu juga kan kalau selama ini aku belum pernah menggunakannya. Itu juga sebabnya aku berikan nomor teleponku padamu tidak sejak dulu."
"Lalu kenapa saat aku menelepon, kau tak pernah mengangkatnya? Apa kau juga tidak tahu cara menerima panggilan telepon?" Diana bertanya lagi.
"Aku belum terbiasa bukan berarti aku tidak tahu apa-apa. Kalau cuma mengangkat panggilan masuk tentu saja aku tahu."
"Lalu kenapa tidak diangkat?"
"Aku ingat ponselku sering tidak aktif." Kevin menjawab jujur.
"Tapi aku ingat juga kalau nomor telepon mu itu pernah aktif saat aku menelepon." Diana mengangkat sebelah alisnya.
"Memang sih. Tapi aku benar-benar sibuk. Ada masalah di keluargaku," balas Kevin.
Ia memang pernah menemukan notifikasi panggilan tak terjawab dari Diana.
"Benarkah? Masalah apa? Kenapa kau tidak memberitahukannya sejak tadi?" Diana tiba-tiba mengubah nada suaranya dan bersimpati.
"Tapi, itu salahmu juga tidak memberitahuku dari awal jika kau punya masalah. Aku temanmu 'kan?" Diana menatap perhatian pada Kevin.
Memang seharusnya Kevin memberitahukan pada Diana masalahnya saat liburan kemarin.
Kevin menunduk dan berkata, "Ayah angkatku kecelakaan."
"Apa?!"
Diana kaku. Perasaannya seketika berubah. Beberapa siswa yang mendengar perkataan Kevin ikut memandang mereka.
Keadaan menjadi sunyi.
Revan tiba-tiba menarik tangan Diana. Diana terkesiap saat dirinya ditarik oleh seseorang.
Kevin hanya memandang Diana yang di bawa pergi tapi tetap berdiri tanpa ikut bergerak.
Siswa yang berada di sekitar merasa tertarik dengan apa yang terjadi. Mereka menunjuk-nunjuk Diana yang tengah ditarik oleh Revan.
Revan berhenti melangkah dan menengok ke belakang.
"Hei! Apa yang kau tunggu?" Ia ternyata bertanya pada Kevin.
Kevin bingung. Revan memandangnya tajam dengan maksud agar Kevin mengikutinya dan Diana.
Akhirnya Kevin sadar maksudnya, meski begitu ia tetap memilih diam di tempat.
Revan yang kesal langsung melanjutkan perkataannya yang membuat Diana terkejut.
"Kau tidak takut aku akan melakukan sesuatu jika hanya berduaan saja dengan Diana?" Revan berhasil menarik kembali perhatian Kevin.
Sedangkan Diana terkejut. Tapi bukan karena Revan yang berkata seperti itu.
Diana memang awalnya kaget tapi segera mengerti itu untuk menarik perhatian Kevin. Meski ia juga kesal karena Revan tidak bisa menggunakan kalimat yang lebih baik.
Orang-orang yang mendengar pasti berpikir yang tidak biasa.
Diana lebih terkejut dan tak siap dengan para siswa yang mendengar perkataan itu. Diana mungkin akan mendapatkan masalah karena kejadian ini.
Kira-kira apa yang akan mereka pikirkan tentangnya saat mendengar perkataan Revan?
"Aku bisa menunjukkannya padamu di sini kalau aku mau." lanjut Revan dan mendekatkan wajahnya pada Diana.
Ia seolah berniat memberikan ciuman pada Diana. Tidak lupa ia melirik Kevin saat mendekatkan wajahnya pada Diana.
Diana membulatkan matanya. Para siswa yang juga melihat ikut menahan napas mereka.
Dalam waktu singkat jarak antara wajah Revan dan Diana semakin dekat ketika tiba-tiba Kevin menengahi mereka.
Kevin masuk diantara Revan dan Diana. Ia menghadap Revan dan melindungi Diana di belakangnya.
Kevin bergerak dan itu terjadi bersamaan dengan Revan yang segera menjauh saat Kevin mendatangi mereka.
Ia tak mau wajahnya menjadi korban Kevin yang sudah menyiapkan tangannya untuk mendorong wajah Revan dengan kasar.
Ia sudah memperhitungkan hal ini dan menghindarinya. Sudah pasti Kevin tak akan diam saja.
Kejadian yang terjadi itu menambah minat siswa yang menjadi penonton. Mereka histeris. Ini tontonan menarik bagi mereka yang mengira ada sebuah drama disini.
Mereka juga tidak bisa mengabaikan rasa penasarannya. Kejadian ini seolah menggambarkan seorang gadis yang diperebutkan oleh dua orang pemuda.
"Kau bisa pergi dan bercerita di tempat lain." Revan berkata sembari berjalan mendahului Diana dan Kevin. Seolah mengisyaratkan untuk mengikutinya.
Ia melakukan ini agar pembicaraan antara Diana dan Kevin tak didengar orang lain.
*****
Revan, Diana dan Kevin, mereka datang ke atap sekolah setelah memastikan tidak ada orang yang berada di sana.
Revan bersandar di dinding pembatas atap sembari melihat ke arah dua orang di hadapannya.
Revan tak menyangka ia mau membantu Kevin saat jelas ia dibenci olehnya. Ia tak berniat ikut campur dan hanya peduli saja.
Tapi kenapa? Revan bertanya-tanya dalam hati.
Tidak, ia tidak melakukannya untuk Kevin. Ia melakukannya untuk Diana. Revan mengangguk-angguk menyetujui pikirannya.
Eh? Revan berhenti mengangguk setelah sadar dengan pemikirannya. Ia melakukan itu karena peduli pada Diana. Tapi kenapa? Lagi. Revan bertanya dalam hati.
Sudah pasti kan, karena mereka adalah teman. Benar itulah pertemanan. Revan mengangguk-angguk lagi.
Kembali pada kenyataan, Revan segera melihat Diana dan Kevin. Mereka masih belum ada yang bersuara untuk memulai pembicaraan.
Revan berdeham. Ayo kalian bicara! batinnya.
Diana segera sadar maksud dari tindakan Revan yang berdeham agar mereka melanjutkan pembicaraan.
Diana ikut berdeham pelan lalu berkata, "Kenapa, kenapa kau tidak memberitahuku alasanmu tidak bisa menjemputku untuk pergi ke taman hiburan seperti kesepakatan kita sebelumnya?"
Diana menatap Kevin dan melanjutkan, "Kenapa tidak memberitahuku saat itu kau sedang kesulitan?" Diana bertanya dengan perlahan.
Kevin menunduk menyembunyikan ekspresi wajahnya, "Aku rasa itu masalah keluargaku dan tak harus memberitahu padamu."
"Kau sudah mengatakan inti masalahmu tadi, kenapa tidak kau ceritakan semua kejadiannya seperti apa." Revan angkat suara.
"Kau tidak perlu ikut campur." Kevin mendesis melirik Revan. Kevin melihatnya dengan tajam sembari mengepalkan tangannya.
"Kau marah pada siapa?" Revan mengerutkan keningnya, tatapannya ikut dingin membalas lirikan Kevin.
"Biar aku perjelas, apa kau tak mau memberitahu Diana karena ini bukan urusannya? Kau tak mau dia ikut campur?" sahut Revan langsung dan tidak memberi kesempatan Kevin menjawab pertanyaannya yang pertama.
"Itu benar," jawab Kevin akhirnya membuat Diana tertegun dan menunduk.
Jadi menurut Kevin, Diana tak perlu ikut campur urusan keluarganya. Jadi, apa seharusnya ia berhenti membicarakan ini? Diana ragu.
"Kau tahu, dia peduli padamu. Kau yang melakukan itu bukannya justru tak menganggap pertemanan kalian?" tanya Revan lagi.
Kevin semakin mengepalkan tangannya. "Kau bukan siapa-siapa. Jangan seolah-olah kau itu temanku juga. Ini tak ada hubungannya denganmu."
"Hei! Jika aku ikut campur, aku akan langsung memberi tahu Diana tentang kau yang menghilang sebelumnya."
Revan menatap Kevin semakin tajam.
"Aku tak memberitahu Diana karena aku sadar, aku tak ada hubungannya. Kau hanyalah temannya, dan aku juga temannya tapi kau dan aku tidak berteman." Revan berkata sembari berjalan mendekati Kevin.
Dari perkataan Revan, Diana semakin yakin bahwa Revan mengetahui lebih banyak tentang keberadaan Kevin saat itu dari pada dirinya.
Tapi sekarang ada yang lebih penting untuk dilakukan Diana. Diana harus menghentikan mereka berdua yang mulai membesarkan masalah.
*****