Chereads / Supernatural (pancasona season 3) / Chapter 17 - 16. Elang

Chapter 17 - 16. Elang

Pria blasteran India dan Rusia itu duduk di sofa samping Elang. Malam itu semua orang berkumpul karena kedatangan Vin yang benar-benar di luar ekspektasi.

Elang sengaja menyuruh Lian mencari tau semua hal tentang wanita itu, termasuk tentang suaminya. Ia ingin memastikan kalau pria itu benar-benar manusia atau mungkin sesama Kalla.

Rupanya dia benar-benar manusia. Vin bekerja di sebuah tambang batu bara. Ia adalah seorang mantan militer, terpaksa ia meninggalkan pekerjaannya karena mengalami insiden ledekan bom dan membuat kakinya tidak mampu berjalan sekuat dulu. Ia harus menjalani terapi, untuk memulihkan kondisinya. Dan karena hal itu, ia mengundurkan diri.

Sekitar 10 bulan lalu, ia harus tinggal berjauhan dengan Gwen, istrinya, yang bekerja di toserba. Vin akan pulang hanya saat weekend.

Vin dan Gwen sudah menikah selama 5 tahun, dan belum diberikan keturunan. Kandungan Gwen sedikit bermasalah. Karena ada kista dalam rahimnya. Tapi, menurut penuturan Vin, Gwen tiba-tiba memberitaukan kalau ia tengah hamil. Kandungannya yang baru berjalan 2 minggu tentu membuat Vin cemas. Ia segera pulang ke rumah menemui istrinya, padahal baru 3 hari lalu ia pulang.

Saat mereka memeriksa ke dokter kandungan, rupanya Gwen benar-bener sedang mengandung. Kista di rahimnya sudah hilang. Ajaib.

Gwen bilang ia sedang mengkonsumsi obat herbal dan kini ia benar-benar sudah sembuh dari sakitnya. Dan tentu Vin mampu bernafas lega. Karena ia kini mendapat dua berkat, satu kesembuhan istrinya, dan bonus seorang bayi, buah pernikahan mereka.

Tapi, semua kini sirna. Impian serta harapannya pupus, karena rupanya wanita yang selama beberapa bulan ini menemaninya adalah seorang iblis. Ia benar-benar terpuruk.

Saat Elang mendatanginya, ia hampir saja membunuh Elang karena berkata hal yang buruk tentang istrinya. Tapi, Elang lalu menunjukan kebenaran lewat Gissel, sahabat Gwen, yang memang bekerja bersama Gwen dan menjadi satu-satunya orang terdekat Gwen.

Elang menjebak Gissel, ia membuat Lian menjadi umpan untuk Gissel, dab berhasil. Gissel kembali kebentuk aslinya, dan Vin melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat Gissel hampir membunuh korbannya. Lian.

Untung saja, dengan cekatan Elang berhasil membunuh Gissel terlebih dahulu. Dan Lian? Elang berhasil menghapus ingatan Lian dengan batu saphire miliknya. Itu juga yang akan ia lakukan pada Ellea dan Shanum.

"Selamat datang, Vin," ucap Elang sebelum meneruskan diskusi malam ini.

"Jadi, kalian semua anggota Argenis? Seperti yang kau bilang sebelumnya?"

"Tidak. Bukan semua. Dua wanita itu bukan," tegas Adi menunjuk Ellea dan Shanum yang duduk berdekatan.

Ellea menatap Adi dengan segaris mata. Ia jengah selalu di cap wanita lemah. Sementara Shanum hanya diam menatap Elang sejak tadi. Wajah Elang masih penuh peluh, bercampur darah dan terlihat kotor. Tangan Shanum sangat gatal, ingin membersihkannya.

"Permisi," kata Shanum beranjak ke arah dapur.

"Kenapa kau menatapku begitu? Bukan, kah, perkataanku benar? Kau ini hanya korban yang akan menjadi sasaran berikutnya karena ingatanmu sendiri."

"Apa maksudmu?"

"Kalla, akan terus mengincar kalian berdua. Dan kalian di sini tidak lebih dari umpan."

"Apa?"

"Kami akan membantu sebisa kami," cetus Shanum yang datang dengan baskom berisi air hangat dan handuk kecil. Ia berjalan terus ke Elang, dan segera mendapat tatapan tajam dari mata kejam pemilik rumah ini.

"Mau apa kau?" tanya Elang memundurkan sedikit tubuhnya. Shanum tak menjawab, malah memegang dagu Elang dan segera mengelap wajahnya.

Gio berdeham, sementara Adi berdecak. Elang yang sebenarnya ingin menolak, malah pasrah begitu saja. Ia diam, saat Shanum mengelap wajahnya dengan handuk kecil itu. Jujur, dalam lubuk hatinya ia merasa nyaman.

"Kalau kau mau mandi, sebaiknya pakai air hangat. Aku takut kau akan terserang demam. Wajahmu saja sudah pucat. Mau aku buatkan susu hangat, barangkali?" tanya Shanum yang sudah selesai dengan tugasnya.

Elang mematung. Sedikit melongo, karena ini adalah kali pertamanya ia mendapat perlakuan seperti ini dari seorang wanita. Jihan saja, mantan kekasihnya yang belum lama ini putus darinya, tidak pernah memperlakukan Elang seperti ini. Jihan sosok wanita idealis, dia tidak suka hal-hal remeh macam perhatian basa basi seperti ini.

Biasanya Jihan akan mengirim pesan, jika ia tidak bisa datang ke rumah Elang, dan sebagai gantinya ia mengirimkan beberapa makanan dari restorannya untuk Elang. Jihan wanita yang cukup sibuk, bahkan intensitas pertemuan mereka sangat sedikit.

Karena alasan itulah, Elang dan Jihan memutuskan berpisah. Bagi Elang, hubungan yang ia jalin bersama Jihan tak ubahnya seperti kontrak kerja. Mereka memang sama-sama memegang perusahaan yang maju, dan berhasil menjalin kerja sama bersama.

Kini, Shanum memberikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang baru pernah Elang rasakan sebelumnya. Perhatian kecil Shanum benar-benar membuat jantung Elang berdegup makin kencang. "Elang? Hey!" panggil Shanum sambil mengibas-ngibaskan tangan kanan ke depan wajah Elang.

"Iya, nanti saja." Elang mengalihkan matanya ke bawah. Ia tidak berani menatap mata Shanum yang kini terus menatapnya.

"Lang? Malam ini, kan?" tanya Adi, serius.