Selalu saja sama, Raya masih setia memandangi punggung sang Ayah yang semakin menjauh sampai lenyap karena terhalang pintu. Terkadang dia juga ingin duduk bersama laki-laki paruh baya itu untuk sekedar bercerita. Jangankan bercerita, bertegur sapa saja sudah bahagia karena hanya setahun sekali mereka berjumpa.
Tetapi itu semua tak akan pernah benar-benar terjadi dalam kehidupannya yang kali ini. Jadi, demi kesehatan mentalnya maka Raya memilih untuk mengubur dalam-dalam mimpinya.
"Loh mas Langgeng udah berangkat lagi?" tanya Mami sambil membawa kotak bekal miliknya.
"Eh? Iya udah, Mi. Hehe barusan tadi berangkat," jawab Raya.
6.13, ini mungkin bagi kalian ini terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah,tapi tidak baginya. Karena menurut gadis itu saat ini bahkan hampir kesiangan.
"Aku berangkat dulu ya, Mi, takut telat nantinya," kata Raya lalu mencium punggung tangan Maminya.
"Hati-hati di jalan ya, Sayang. Ingat jangan lari-larian."