[Prolog/ Awal mula]
Garis polisi sudah terhubung di lingkungan bangunan megah. Tali yang menunjukkan bahwa polisi sedang menyelidiki tempat di kejadian tersebut dan tidak ada yang tahu pasti apa penyebab nya.
Keluarga terpandang dari Alderick hanya Zora yang tersisa dari mereka. Seluruh anggota keluarga nya mati terbunuh dan sangat mengenaskan.
Remaja laki-laki yang masih duduk di bangku SMA itu terduduk lemas di kaki rebang. Menangis sesegukan dan harus merasakan sakit kehilangan orang tercinta nya, orang terdekat nya.
Ini serasa seperti mimpi! Baru saja zora merasakan bahagia setelah melihat kedua orang Tua nya rujuk dan sekian lama terpisah tetapi,di hancurkan oleh seseorang dalam hitungan waktu satu malam. Seperti tidak menginjinkan hal itu terjadi.
"Hiks...Aku tidak akan membiarkan nya hidup. setelah apa yang di perbuat oleh kedua orang tua ku!" Ucap zora di sela isak nya yang masih menahan sesak di dada.
Tingg
Sebuah pesan masuk dengan nomor telfon baru. Zora mengecek dan membuka ponsel nya, bibirnya tampak bergerak seperti alunan yang mengerti akan selesai dimana. Beberapa pesan yang telah di baca nya membuat aura Zora tampak begitu menakutkan.
Isi pesan :
"Hai zora, sudah lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana? Apakah kau bahagia? Aku turut berdukacita atas meninggalnya orang tuamu walapun itu, sengaja dan murni dari tangan ku sendiri. Bersenang-senang lah zora sampai waktu dimana aku membunuh mu"
"Berengsekk!! Aku akan membunuh mu. Liat saja nanti"Rahang Zora mengeras serta bola mata nya yang memerah.
Zora masih tidak mengerti atas kejadian hari ini yang terjadi begitu cepat. Beberapa polisi yang bertugas mengamankan jasad kedua orang tua nya.
Jasad yang menyisahkan sepotongan Tangan dari ayah zora dan kepala dari ibu zora. Tidak ada tanda-tanda keberadaan utuh nya jasad mereka.
Darah yang seharusnya ada di tempat kejadian ternyata bersih tanpa noda. Hanya tertinggal pisau dan juga pistol yang akan menjadi barang bukti nanti nya.
"Permisi"
Seorang polisi berbadan tegap dan masih terlihat sangat muda itu, menyapa Zora. Zora mendongak melihat lamat-lamat polisi tersebut. Bibirnya masih terkunci dan hanya mata yang mengondisikan saat itu.
"Iya?"
"Apakah, benar kau adalah putra dari Kihito dan Emma?" Tanyanya kepada zora supaya mendapatkan bukti yang akurat.
Zora mengangguk pelan.
"Bisa kah anda ikut bersama kami ke kantor polisi untuk di mintai keterangan?" Tanya nya lagi meminta persetujuan.
Zora mengangguk lagi. Hanya itu, yang bisa ia lakukan. Pada malam itu zora memang sedang berada di dalam rumah dan sedang dalam kondisi tidur mati. Sekecil pun zora tidak mendengar keributan di malam itu seperti sudah di rencanakan oleh seseorang.
Polisi itu tersenyum dan membantu zora untuk bangkit berdiri.
"Aku tahu, kau sedang terpuruk. tapi, setidak nya kau berusaha tersenyum atas apa yang terjadi dengan mu hari ini. Aku pernah mengalami hal yang sama dengan mu"
Deg
Mengingatnya lagi itu benar-benar membuat hati nya tercubit. Air mata yang berusaha ia simpan malah kembali terjatuh dari asal nya. Untuk berusaha tegar dan tidak menangis itu sangat sulit. Zora lemah, zora cengeng, zora selalu mengalami kesuliatan dan kesengsaraan selama ini dengan orang misterius yang sama. Orang yang mengenal zora tetapi zora tidak mengenalinya.
Zora adalah laki-laki kuat itu yang selalu Ayah zora katakan pada nya.
*Flashback On*
"Zora kemarilah"
Dengan senyum semriwing anak itu berlari mendekati Kihito, Ayah dari zora. Pada saat itu zora masih duduk di bangku Sd dan zora masih belum mengerti di usia nya yang masih dini mengetahui semua tentang kebusukan Ayah nya. Yang zora tahu, kihito adalah Ayah yang sempurna untuk zora. Kihito sangat menyayangi zora melebihi apapun.
"Iya ayah" Jawab nya berdiri di hadapan kihito.
"Apa yang ingin kau lalukan kan ketika besar nanti?"
"Ingin menjadi kuat" jawab zora polos tanpa beban apapun. Kihito tersenyum mendengar jawaban putra nya walapun, ia Tahu dari segi mana pun fisik zora tidak memenuhi standar nya. Zora adalah anak yang lemah mempunyai sejuta impian yang besar.
"Kenapa ingin menjadi kuat? Kau tidak perlu menjadi kuat karena, kau sudah memiliki segala nya zora. Ayah bisa memberikan mu apapun yang kau ingin kan."
"Bukan. Maksud ku adalah, aku ingin menjadi kuat agar bisa membalas dendam Kakak"
Kihito terdiam, zora menjadi mati kutu ketika pembahasan kembali membicarakan Zilumi, kakak dari zora.
"M-maaf ayah. Aku tidak bermaksud mengungkit masalah tentang kakak. A-ku Ak-ku masih belum bisa terima tentang kematian kakak" Zora menunduk dengan tangis nya yang sudah memecah.
Plakk
Zora terkejut, kihito menepuk kedua pipi Zora dengan pelan walaupun masih terasa sedikit sakit.
"..."
"Ingat!" kihito menempatkan telapak tangan nya di dada zora," kau tidak perlu menjadi kuat. Kau cukup tersenyum dan ketahuilah bahwa Zilumi ada di sini. Itu sudah cukup zora! Kau adalah anak ayah yang kuat, jadilah hebat ketika semua tidak berada di dekat mu lagi" Ucap nya Pada putranya penuh keyakinan.
Zora mengangguk antusias,"Pasti ayah" Jawabnya tanpa ragu.
*Flashback Off*
Zora sedang berada di ruang lingkup, menunggu untuk menjadi saksi korban. Atau mungkin bisa saja Zora lah tersangka nya.
Seorang kepala polisi yang bertugas sesi saat ini berjalan mendekati zora. Mengambil kursi dan duduk di hadapan zora. Zora hanya menunduk tetap juga, tidak memperlihatkan wajah sedihnya.
"Kau hanya perlu menjawab apa yang ku tanyakan. Tidak perlu menjawab di hal luar bukan pertanyaanku" Zora mengangguk.
"Di jam 00:00 apakah kau ada di rumah?"
Zora mengangguk,"Iya" Jawabnya dengan suara lemas.
"Apa yang kau lakukan di jam 00:00?"
"Malam itu, aku beristirahat setelah selesai mengerjakan Tugas sekolah. Aku tidak mengingat apapun"Jawab Zora.
"Anggota kami menemukan sesuatu di cctv. Aku harap kau bisa menjelaskan nya"Katanya sembari memperlihatkan komputer pada Zora.
Zora terkejut saat melihat layar monitor di hadapan nya. Bagaimana ia bisa mengelaknya kalau itu bukan diri nya. Orang yang menyerupai itu sangat persis dengan Zora. Dari rambut dan juga pakaian yang malam itu ia kenakan.
Seingat zora, dia tidak melakukan apapun. justru sehabis menyelesaikan Tugasnya, anak laki-laki itu tertidur ketika malam hari sampai terbangun ia tidak mendengar suara apapun sampai waktu pagi tiba.
"A-aku tidak melakukan apa- apa"
"Tapi di sana jelas-jelas itu kau! Lihat saja pakaian nya sama persis denganmu saat ini." Jawabnya.
"Tidak. Itu bukan aku, aku tidak melakukan apapun." Elak zora. Memang pada nyata nya itu bukan lah zora Tetapi, seseorang di balik ini semua telah merencanakannya. Seolah-olah zora lah yang telah membunuh kedua orang tuanya.
"Tunggu" Zora seperti menemukan sesuatu dan meminta kepala polisi untuk mengezoom gambar tersebut.
"Tolong zoom. Arahkan ke lehernya seperti ada sesuatu"
Kepala polisis itu mengangguk dan mengarahkan panah mouse di leher pelaku.
"Laba-laba"
"Ada tanda bahwa di leher nya ada tato bergambar laba-laba. Sedangkan aku, aku tidak menaruh tato di tubuhku"
Kepala polisi yang menyaksikan hal tersebut juga terkejut. Apa seorang itu dengan sengaja memperlihatkan tanda bukti?
"Baik. Mungkin seseorang telah menjebakmu aku akan memeriksanya"
"Tidak mungkin!" kepala polisi itu berulang mengulangi vidionya. Namun, tetap saja vidio itu seperti terpotong dan berakhir saat orang misterius menyadari ada sebuah cctv di sana.
Orang itu menoleh dengan Refleks yang tajam. Setelah itu vidio terhenti dan terdapat gangguan sehingga tidak bisa meneruskan vidio.
"Apa yang terjadi? Tidak mungkin cctv nya rusak. Saat anggota polisi menemukan nya itu dalam kondisi utuh"
"Kenapa?" Tanya zora.
"Bukti yang kami temukan hanya cctv, pisau, dan pistol. Dari ketiga nya hanya cctv yang menemukan titik terang. Sementara pisau dan pistol yang di temukan di rumahmu itu sama sekali tidak ada jejak sidik jari dari pelaku."
"Seperti sudah di manipulasi oleh seseorang?" Terka zora,"Kau benar!" Ucap kepala polisi membenarkan.
***
Zora merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size. Di ruangan putih yang cukup lebar dan luas, tempat kamar zora berada.
Zora memandangi cukup lama ke arah Langit - langit kamar. Pandanganya tidak teralihkan masih memecahkan sebuah pemikiran tentang pembunuhan yang terjadi di rumahnya.
"Laba-laba..."
Mata zora berbinar dan langsung mengambil ponselnya.
"Mungkin saja dia bisa membantuku" Zora mencari nama kontak di ponselnya segera menghubungi orang yang di duga bisa membantu zora.
"Hallo–
"Hallo Athur?"
Deg
"Zo-zora?"
"Sungguh!! Sudah lama sekali kita tidak bertemu zor. Bagaimana kabar mu? Kabar om Kihito dan tante Emma gimana?"
"Aku akan menceritakannya semua. Sekarang kau dimana? Aku butuh bantuanmu" Ucap Zora sedikit tergesa-gesa.
"Aku di kebayoran"
"Tepat! Dimananya?"
"Dharmawangsa"
"Oke"
Panggilan terputus zora segera pergi menuju tempat Athur.untuk memecahkan sebuah misteri di balik pembunuhan orang Tua nya.
Zora sudah berada di kamar hotel Athur. Tidak membutuhkan waktu yang lama karena jarak di kompleks rumahnya cukup dekat.
"Om dan tante terbunuh?" Ujar Athur terkejut dan Masih belum mempercayakan semuanya. Baru saja ia berniat ingin bertemu mereka sebelum tugasnya selesai di Kebayoran.
Zora mengangguk lesu, bagaimana pun juga kejadian itu baru saja terjadi dan bayang-bayang masih sangat terlihat jelas.
"Apa ini ada hubungannya dengan zilumi?" Terka athur yang semakin penasaran.
"Aku juga berpikir begitu. Karena tanda dari terbunuhnya ayah dan ibu adalah orang misterius bertato laba-laba. Begitu juga dengan kematian kak zilumi"
"Aku mengerti, sekarang kita cari siapa laba-laba itu sebenarnya!"Athur mengambil laptop di tas nya, athur mencari beberapa informasi mengenai pembunuhan misterius.
Athur mengetik sesuatu di keyboard laptop miliknya.
Mengetik :
" Penyebab Kematian zilumi anak Kihito Alderick"
Athur menekan enter dan menunggu browser nya berjalan.
"Ketemu"
"Seperti yang kau katakan zor, kematian zilumi itu masih ada hubungan nya dengan pembunuhan om kihito dan juga tante emma. Tapi, siapa orang yang bertato laba-laba ini?" Athur mengadahkan tangannya di dagu.
"Tunggu" Zora mengambil alih laptop Athur dan mengetik sesuatu di sana.
"Akhirnya ketemu, coba kau lihat tentang orang yang kita cari. Dia bertato laba-laba. Tapi, untuk mengetahui lebih jelas harus memakai situs website pribadi" Zora sedikit kecewa.
"Atau mungkin yang membunuh keluargamu bukan orang sembarang. Atau bisa di katakan orang yang sangat hati-hati dan tertutup"
"Di dunia ini yang memiliki situs pribadi, dan semua akes hidupnya terjaga itu hanya orang-orang gelap saja" Ucap athur yang membuat zora bingung terlebih ucapan athur memang sangat sulit di cerna.
"Hehh apa dia masih saja bodoh"Umpat athur kesal.
"Maksudku adalah orang gelap seperti mafia"
Zora mengangguk pelan walaupun sebenarnya ia tidak paham.
"Mengangguk saja pasti tidak paham"Tuduh Athur dalam hati.