[Di mulai]
Seminggu berlalu setelah kejadian mengenaskan itu terjadi dalam hidup zora. Setelah bertemu dengan Athur untuk menyelesaikan misteri tersebut sama sekali tidak membuahkan hasil.
Meninggalnya kihito Alderick menyisahkan harta warisan kepada putra satu-satunya. Yaitu zora. Zora mendapatkan setengah harta warisan dari keluarga alderick, yang berada di tangan pengacara kepercayaan kihito. Setengahnya lagi di sumbangkan ke panti asuhan yang membutuhkan.
Hari itu zora sedang berkumpul dengan dua pengacara yang ada di rumahnya. Mereka sedang membicarakan tentang tanda tangan surat warisan.
Dua pengacara di antaranya adalah luvis dan wirkan. Mereka memberikan sebuah kotak berwarna hitam yang terbuat dari kayu. kelihatan sangat usang dan tak terawat. Tetapi, di sentuh dari bahan nya ini bukan terbuat dari kayu biasa.
"Tuan kihito sudah sejak lama menyimpan benda ini setelah anda menjadi anggota keluarga alderick" Ucap Luvis dan tentu saja membuat zora terkejut.
Apa maksudnya? Sebelum menjadi anggota alderick? Atau, zora bukan lah anak kandung dari kihito dan juga emma.
"Maksud kalian apa?" Tanya zora mengintimidasi.
"Mungkin sudah saatnya kami memberi tahu kepadamu tuan muda"Kata Wirkan.
Zora masih terdiam tetapi ia juga masih memperhatikan.
"Tuan muda bukan lah anak kandung dari Tuan kihito dan juga nyonya emma, tidak ada yang tahu siapa orang tuamu. Mereka menemukanmu sudah berada di depan pintu utama"Sambung Wirkan.
Zora sedikit memberikan keterkejutannya walaupun, sebenarnya dia memang sangat terkejut. Sudah 17 tahun zora hidup bersama mereka tetapi, baru sekarang ia mengetahui siapa dirinya. Ternyata selama ini zora telah di bohongi oleh kedua orang tuanya. Zora tidak bisa menerima hal itu.
Namun, tetap saja mau siapapun mereka orang tua zora tetaplah Kihito dan juga emma.
"Lanjut"
"Tuan kihito meminta kami untuk merahasiakan ini. Karena Tuan kihito tak mau membuat mu bersedih dan berusaha mencari orang tuamu yang asli."
"Apa kak zilumi juga mengetahui hal ini?" Tanya zora.
Mereka berdua mengangguk.
Zora menghela nafas,"sudah kuduga"Katanya.
"Tuan besar tidak pernah membuka isi kotak ini jadi kami juga tidak tau apa isinya. Kau bisa melihatnya nanti. Dan... tuan besar juga memberikan ini" Luvis memberikan sekoper uang chas untuk zora itu belum terhitung dengan uang yang berada di black cardnya.
"Baik terimakasih"
Mereka bangkit berdiri dan mengundurkan diri setelah selesai mengerjakan perintahnya dari kihito. Sementara Zora masih terpikirkan tentang dia bukan lah anak kandung.
Sesekali zora melirik ke arah kotak yang berwarna hitam. Ia menjadi penasaran apa isinya, zora bangkit berdiri dan hendak masuk ke dalam kamar. Ia ingin membuka isi nya tersebut.
***
Zora sudah berada di kamarnya ia meletakkan kotak itu di atas kasurnya. Zora melompat dengan girang ingin segera membukanya.
Ketika tangan itu mulai membuka, zora memberhentikkan asksinya. Ia mulai memikirkan hal-hal yang tidak perlu.
"Bagaimana jika sesuatu terjadi dan membuatku mati"
"Bagaimana jika pengacara itu adalah suruhan dari orang misterius? Ah, tidak tidak itu tidak mungkin"
Zora membuang pikiran kotor itu dan membuang nafas pelan. Ia mulai membuka isi kotak tersebut.
Kotak itu sangat sulit di buka bahkan zora harus mengerahkan semua kekuatan nya untuk membuka.
"Ah, susah banget lebih susah dari mengerjakan Tugas sekolah"
Zora mengambil palu dan membuka paksa kotak hitam. Setelah membutuhkan usaha dan menghabiskan waktu bermenit-menit akhirnya terbuka juga.
"Membuka ini saja susah sekali" Gerutu Zora dalam hati.
Benar saja kayu itu bukan lah kayu biasa pada umumnya. Ketika zora melihat seperti terdapat aura yang menutupi agar sulit terbuka. Di dalam kotak di lapisi kain merah maron yang terbuat dari sutera terbaik.
Dan di dalamnya juga terdapat sebuah liontin kristal yang di lapisi kaca transparan. Kristal itu juga berwarna merah dan di antaranya terdapat sebuah cairan yang berwarna merah juga entah itu apa. Zora juga tidak mengetahuinya.
Mata zora beralih pada secarik kertas yang terlihat usang dan tulisannya sudah hampir pudar.
Bertuliskan:
"Pakailah kalung ini dan minumlah cairan merah itu. Agar kau tau siapa dirimu"
Zora masih belum mengerti isi perintah dari kertas tersebut. Bagaimana jika ini sebuah jebakan!
Tapi, ini adalah satu-satunya petunjuk siapa dirinya sebenarnya dan dari mana.
Suara ponsel berbunyi ketika zora hendak meminum cairan itu. Ia meletakknya di dalam kotak dan mengambil ponselnya di atas kasur.
"Hallo"
"Zora"Sudah jelas itu adalah suara athur.
"Bisa tidak kau jangan berteriak!! aku bisa mendengar suaramu tanpa harus kau teriak"Jawab Zora sedikit kesal.
"ehehe, maaf zor"
"Hem"
"ada apa?" Tanya Zora.
"Aku sudah menemukan petunjuk tentang mafia itu"Jawab Athur.
Zora terbelalak dan bangkit berdiri,"Serius? Kau tidak mengada-adakan?"
"Apa pernah aku bercanda? Seriuslah."Jawab athur.
"Kau dimana sekarang?"Tanya Zora sedikit senang. Tentu saja, ini adalah berita yang ingin sekali zora dengar. Karena sampai saat ini misteri pembunuhan keluarganya belum terpecahkan.
"Aku di rumah, kau bisa kemari jika mau"
"Aku kesana"
Sambungan telfon terputus. Sebelum itu zora menutup kembali kotak hitam tersebut dan meletakkannya di dalam lemari pakaian. Zora mengambil jaket jeans serta kunci mobil di atas nakas.
Di perjalanan menuju rumah athur sedikit memakan waktu karena jaraknya yang lumayan jauh dari kompleks milik Zora. Zora mempercepat kecepatan mobil dan melewati beberapa kendaraan dengan lihai.
"Aku akan segera membalas perbuatan mereka terhadap kalian" Batin zora menggeram.
***
Athur tinggal di sebuah apartemen yang tidak terlalu mewah dan buruk. Athur tinggal sendiri di apartemen itu karena, kedua orang tuanya yang sibuk mengurus bisnis keluarga.
Selain itu, athur juga termasuk golongan anak emas walupun tidak sekaya keluarga alderick.
Zora yang sudah berada di loby depan apartemen segera menelfon athur.
"Kau di lantai berapa?" Tanya zora to the point.
"E-eeh, lantai 5 20A"
"Oke"
Selepas telfon dari athur zora masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka 5. Menunggu beberapa menit akhirnya zora tiba di lantai 5.
Zora keluar dari dalam lift mencari no 20 A.
"Aku sudah di depan"Ucap zora di telfon tetapi, zora langsung mematikkannya.
Baru saja athur membuka pintu apartemen zora sudah memberikan beribu pertanyan pada Athur.
"Kau serius menemukan jawabanya? Kau mendapatkannya dimana?
"Semangat sekali"
"Baik,baik. Sekarang kau duduk dulu"Athur mendorong pelan tubuh zora dan menyuruhnya duduk di sofa berukuran small.
Athur menutup kembali pintu. Athur berjalan beralih mendekati zora di sana yang siap mendengar penjelasan dari athur.
"Aku tidak dapat mengakses situs mafia tetapi, aku tau dimana markas mereka. Orang misterius yang telah membunuh keluargamu adalah suruhan dari pimpinan dari bos mafia di kardal."
"Jadi, maksudmu yang membunuh keluargaku adalah atas perintah dari bos mafia itu?" athur mengangguk pasti.
"Kau benar! Tapi zor,"
"Kenapa?" zora menatap dalam ke arah athur.
"Kardal bukanlah anggota mafia pada umumnya. Mereka adalah mafia terbaik dan kejam, bahkan pihak polisi tak mampu meringkus mereka. Kau tau maksudku bukan!"
Zora mengangguk pelan. Pandanganya menatap bawah, mendengarnya saja sudah membuat zora takut dan merinding. Tetapi, zora harus menghabisi mereka bagaimana pun caranya ia tak perduli walapun nyawa yang menjadi taruhannya.
"Kau tau seperti apa bos kardal?" Athur menggeleng. Dapat melihat bos di kardal itu sudah sebuah keajaiban dan termasuk malapetaka.
"Hanya sebagaian anggota saja yang aku tahu. Dan biasanya mereka berkeliaran di jalanan dengan bebas tetapi, tidak menunjukkan bahwa mereka adalah anggota mafia. Ada beberapa tanda yang membuat orang tahu bahwa dia adalah anggota dari kardal"
"Apa itu?"
"Sebuah tanda yang terletak di matanya. Bos mafia itu sendiri meletakkan sesuatu di mata mereka, lalu memberi syarat. dan bertujuan kalau mereka berniat mengkhiantai bos mereka sendiri, mereka akan mati."
Zora bergidik ngeri, di jaman moderan sekarang ini apa mungkin seseorang bisa melakukan hal tersebut.
"Apa terlihat jika tanda itu di ketahui oleh banyak orang?"Athur menggeleng.
"Bahkan aku sendiri tidak bisa melihatnya tetapi, aku bisa merasakannya"
"Begitu yah"
"Jika kau ingin melihat seperti apa anggota mereka. mungkin, kita bisa pergi dan menemui mereka. Salah satu dari mereka akan pergi ke sebuah kantor polisi"
"Hah? Untuk apa?"Tanya zora semakin penasaran.
"Kau tak tahu?"Zora menggeleng, tentu saja dirinya tidak tau tentang masalah ini.
"Kau akan tahu setelah melihatnya"
"Ayo kita berangkat" Zora mengangguk mengikuti langkah athur yang keluar dari apartemen milik athur.
***
Di pinggir jalan raya yang tidak terlalu ramai dan sepi. Tetapi, masih terlihat orang-orang lalu lalang di jalanan itu.
Di dekat lampu merah di sampingnya terdapat sebuah bangunan besar yang bertuliskan Police C 12 yang artinya adalah tempat cabang ke polisian.
Tidak terlalu jauh dari bangunan itu, terdengar sebuah ledakan besar dengan api yang menyembur dan mengenai kantor cabang tersebut. Seseorang yang berkekuatan monster terlihat seperti cahaya tajam berwarna hitam dan memiliki capit yang tajam itu menempel di belakang tubuhnya.
Matanya bersinar merah ketika sedang mengamuk. Sebagian orang tahu bahwa, dia bukan lah manusia biasa. Manusia yang di anugerahi sebuah kekuatan super dan hanya orang terpilih saja.
"Ah... tidak. Tolong ampuni saya" Suara jeritan berasal banyak orang yang sedang menyaksikan aksi kejam itu.
Seseorang dengan berkekuatan monster tidak perduli dengan apapun. Ia mengabaikan semua ucapan semua orang. Dengan satu keinginan membunuh saja, sebuah benda cahaya tajam yang berwarna hitam itu meleset menusuk tubuh orang-orang yang menghalangi jalannya.
"Di-dia tuan Kazutowa, pe-pembunuh liar —" Ucapannya terhenti ketika sesuatu menusuk jantungnya. Sudah pasti itu adalah ulah kazutowa.
"Menjijikkan" Gumamnya.
Pria dengan aura jahat berjalan melewati beberapa mayat yang berjatuhan serta darah dimana-mana. Berjalan pelan lalu menghancurkan sebuah pintu utama dari kantor cabang police C 12.
Brakk
Duar
Gebrakan pintu yang terdengar nyaring dan diiringi sebuah meriam yang begitu besar. Mampu menghancurkan dari setengah bangunan itu.