"Farrel, kamu mau nurut untuk terakhir kali ini atau tetap lanjut dengan keras kepala kamu?"
Papa Reyna memalingkan wajahnya sambil mendengus sebal. Kenapa semakin hari semakin membuatnya emosi yang kian tinggi saja? Apa yang harus Farrel lakukan? Selain dia tidak ingin menjadi anak yang tidak melawan, Farrel tidak ingin juga kalau masalahnya dengan sang Mama di ketahui oleh puterinya, Reyna.
"Ga." ketusnya
Abel menghela napas gusar, dia berjalan pelan ke arah jendela besar ruangannya. "Kamu memilih anak itu terluka, ya?"
Farrel melirik melalui ekor mata. "Jangan pernah lukai puteri saya. Lecet sedikit pun akan saya balas lebih dari itu."
Abel tertawa pelan, dia melipat kedua tangannya di depan perut. "Oh, ya? Kalau begitu kamu akan melukai orang yang sudah membuat anak itu ketakutan?"
Farrel menaikkan sebelah alis. "Maksud anda apa?"
"Kamu kurang jeli ternyata. Padahal selama ini anak itu sedang di terror oleh orang lain yang tidak, Mama, kenali."