Chereads / Four Different Lives In Another World / Chapter 14 - Chp 14: Dandelion Merah

Chapter 14 - Chp 14: Dandelion Merah

Langit pagi yang awalnya cerah berubah menjadi gelap karena mendung dan burung-burung berterbangan dari hutan dengan tidak beraturan karena sosok besar berwarna gelap dengan sayap lebar yang melintas disekitar mereka, sosok itu terbang diatas hutan yang tempak dipenuhi terror tersebut

Sosok hitam tersebut mengerutkan keningnya ketika dia melihat sosok mayat anak kecil yang kepalanya terpenggal dan dipenuhi dengan darah dan terlihat sangat mengenaskan

Sosok tersebut kemudian kembali melanjutkan terbangnya dengan sedikit khawatir, tak lama kemudian dia kembali melihat mayat anak kecil yang kali ini lebih mengenaskan, seluruh tubuhnya hancur dan darah mengalir kemana mana, itu adalah pemandangan yang sangat tidak layak untuk dilihat oleh makhluk hidup

Sosok itu sekarang tambah khawatir, dia melesat ke arah dimana jejak kaki berdarah itu terlihat dan tidak jauh dari mayat kedua, sebuah padang rumput yang dipenuhi dengan bunga dandelion menyapu pemandangannya dan membuatnya tertegun

Bukan karena keindahan bunga itu yang membuatnya tertegun tapi sosok yang dipenuhi darah di tengah padang rumput itulah yang membuatnya tertegun

Itu adalah seorang anak kecil yang berusia sekitar 3 tahun yang sedang menduduki dan memukuli seorang anak yang berusia sekitar 10 tahun

BUGH! BUGH! BUGH!

Anak itu terus memukuli kepala anak kecil dibawahnya yang sudah tidak bergerak lagi... Benar, anak itu sudah mati.....

Dia mati dengan cara yang paling menyedihkan, dipukuli terus menerus hingga seluruh tubuhnya membiru dan tulangnya hancur, bahkan setelah mati anak itu masih terus dipukuli sampai kepalanya hancur dan darah menyembur kemana-mana

BUGH! BUGH! BUGH!

Anak kecil itu terus memukuli mayat menyedihkan yang ada dibawahnya dengan tatapan kosong dan ekspresi datar seolah-olah tidak terjadi apapun sementara wajahnya yang pucat sudah dipenuhi dengan darah

Sosok besar itu mendarat tepat dibelakang anak kecil itu, angin berhembus akibat pendaratannya yang menyebabkan seluruh bunga dandelion disekitarnya bertiupan dan terbang tapi itu belum menyadarkan anak kecil yang masih memukuli mayat menyedihkan didepannya

Sosok itu memasang ekspresi dingin dan berbicara kepada anak kecil itu dengan nada berat tapi terdengar sangat dingin

"Bocah, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan.....?"

Anak kecil itu berhenti memukuli mayat menyedihkan itu dan berbalik perlahan menatap sosok besar itu dengan mata yang bergetar dan berkata dengan lirih

"Ze, tton....?"

"....."

Ezra memanggil namanya tapi Zetton hanya diam dan menatapnya dengan dingin

Bunga dandelion putih dan merah darah yang melayang dengan lambat menghiasi suasana yang menyedihkan itu

Bunga ini memiliki makna yang begitu mendalam bagi kehidupan.

Dia bisa tumbuh dimana saja mulai dari tepi tebing yang curam hingga di semak-semak. Bijinya yang terbang mengikuti arah angin hingga mendarat di suatu tempat pun mengajarkan bahwa, dalam hidup orang harus mengikuti alurnya dan tetap kuat meskipun sudah terseok-seok.

Tapi dandelion merah darah itu melambangkan sebuah kepasrahan dan kepedihan yang sangat dalam....

Batang yang bisa tumbuh di tebing jurang bisa dianalogikan bahwa dalam keadaan tersulit pun harus tetap bertahan hidup, jangan menyerah untuk hal yang nantinya akan membuat dirimu menyesal. Bunga Dandelion mengajarkan kepada semua orang bahwa dalam hidup harus berani, optimis, dan beradaptasi dengan lingkungan sebaik mungkin.

Tapi dandelion merah darah itu melambangkan keputusasaan, penyesalan, ketakutan dan keinginan untuk mati.....

Filosofi dari bunga Dandelion itu sendiri yaitu pengharapan, cinta, kebahagiaan, keceriaan, serta kesetiaan.

Tapi dandelion merah itu melambangkan sebuah keputusasaan, kebencian, penderitaan, kesedihan dan pengkhianatan.....

Dandelion merah darah itu sangat bertolak belakang dengan makna aslinya....

Ezra menatap Zetton dengan kebingungan dan perlahan dia menatap kedua tangannya yang penuh dengan darah

".... Ini....." Ezra berkata dengan tidak percaya

"Sebelumnya kau bilang untuk tidak membunuh anak kecil... kau mengatakan sesuatu seperti anak kecil itu naif dan seringkali bertindak implusif jadi mereka bisa dimaklumi jika berbuat salah... Tapi apa yang kau lakukan sekarang....? Kau tahu, seorang laki-laki harus selalu menepati perkataannya..."

"T-Tidak, ini bukan seperti yang kau- "

"Sudah cukup bocah! "

Zetton membentak Ezra tanpa mendengar alasannya yang membuat Ezra menjadi terdiam dan hanya menundukkan kepalanya

Ezra merasa bersalah, dia terlalu terbawa emosi dari kehidupannya sebelumnya dari awal di gua maupun di tempatnya yang sekarang

Dia ingin memperbaiki kesalahannya tapi tidak ada yang bisa dia lakukan...

Zetton menghela napasnya ketika dia melihat Ezra yang tenggelam dalam penyesalannya, dia tidak merasa kalau perlu mendengar alasan dari Ezra, dia juga sebenarnya tidak peduli dengan anak yang dibunuh Ezra..... Dia hanya marah kepada Ezra karena tidak dapat memegang perkataannya dengan baik

Tapi yang pasti sekarang Ezra sudah menyadari kesalahannya...

".... Maafkan aku" Ezra berkata dengan lirih dan masih menundukan kepalanya

"Hm, yang terpenting kau sudah menyadari kesalahanmu, selanjutnya kau harus memegang perkataanmu dengan baik, kau sama saja dengan membodohi dirimu sendiri jika itu terjadi lagi..... " Zetton menganggukan kepalanya dan melanjutkan

"Ayo kita pergi "

"Hm.... "

Ezra tidak berbicara tapi hanya mengangguk, dia kemudian berbalik dan melihat kearah tempat yang ingin dituju anak yang dibunuhnya, disebrang sana ada sebuah desa yang cukup jauh dari tempatnya berada tapi masih bisa dilihat dengan mata kepala sendiri, dan di desa itu terlihat banyak cahaya obor yang bergerak menandakan orang-orang desa yang ingin bergerak datang ke tempat ini

Pendaratan Zetton sudah cukup menggetarkan desa itu, mereka pasti panik dan ingin memeriksanya, jadi ada baiknya Zetton dan Ezra segera pergi dari tempat itu

Ezra menaiki punggung Zetton untuk pergi dari sana tapi sebelum terbang Ezra memandangi mayat menyedihkan yang ada disampingnya dengan tatapan kosong

"Kau siap"

".....Hm"

Zetton menyadarkan Ezra dari lamunannya dan dijawab hanya dengan anggukan yang terlambat, setelah itu mereka terbang dari tempat kelam itu dengan cepat hingga menghempaskan bunga dandelion yang masih diudara