Dian berjalan seorang diri, ia hendak pergi ke kantin. Tentu saja setelah melakukan tes bola basket di lapangan, sangat senang karena akhirnya ia berhasil melewati masa paling menyebalkan.
Apalagi guru olahraganya seringkali membawa nama Haikal jika Dian tidak bisa melewati tes bola basket itu. Bukankah itu sangat menyebalkan? Ya, sangat.
Dian sebenarnya ingin berterimakasih pada Haikal saat ini, namun mengingat jam pelajaran masih berlangsung membuatnya mau tak mau menunggu hingga waktu istirahat tiba.
Tak apa, yang terpenting dirinya memiliki niat untuk mengatakannya, ya meskipun nanti, saat bel istirahat berbunyi.
Kedua sudut bibir Dian sedari tadi terus tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman, ia mengingat momen indah bersama dengan Haikal, bayangkan saja - Haikal benar-benar romantis, mau mengajarinya cara memasukan bola basket ke dalam ring.
Ah, mengingat itu membuat Dian malu.