Hanna Anindhita
Nama yang tertulis di atas batu nisan berwana abu-abu tersebut terus ditatap oleh kedua mata Louis. Bibir laki-laki tersebut tersenyum. Ya, seperti yang biasa Louis lakukan setiap kali datang ke makam Hanna.
Sudah menjadi rutinitas setiap bulannya Louis mengunjungi Hanna. Dan di saat Louis sedang ada banyak pikiran, ia akan menenangkan diri di dekat peristirahatan terakhir teman dekatnya tersebut.
"Hanna apa kabar?"
Satu pertanyaan yang selalu Louia tanyakan. Meski ia tahu jika dirinya tidak akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan tadi. Tapi … cukup dengan ia bisa bertanya saja sudah membuat Louis merasa lega.
"Gue sama Alingga satu sekolahan lagi, Han" Louis mulai bercerita.
"Tapi kita beda kelas. Nggak satu kelas kayak dulu."
Akan ada banyak cerita yang Louis katakan saat berkunjung ke makam Hanna. Tidak tau kenapa, Louis merasa tenang setiap kali selesai bercerita meski hanya di dengar oleh angin-angin di sekitarnya.