Dering ponsel beberapa kali membuatnya menggeliat tak nyaman, membuat tubuh Laras ikut bergerak tak nyaman sebab Verga masih merengkuhnya. Sepasang kelopak mata itu enggan menyingkap, hingga Laras yang masih belum terlepas dari rengkuhan Verga terpaksa menggerakkan sebelah tangannya untuk menjangkau wajah pria itu.
"Sayang, ada yang menelpon. Angkat dulu, siapa tau orang penting." Suara paraunya tak kunjung membuat Verga menyingkap kelopak matanya. Memberikan erangan kecil seolah mengadu bahwa ia malas, layaknya anak sekolah yang tengah di bangunkan oleh sang ibu di pagi hari.
Tidak ada cara lain, sebab Laras bahkan terlampau masih belum mampu mengumpulkan nyawanya dengan penuh di pagi yang masih terbilang buta. Dengan gerakan cepat, wanita itu lekas menggerakkan sebelah tumpu kakinya untuk menodong perpotongan paha Verga yang masih melingkar di antara kaki pria itu.