"Kenapa kau masih mengingat hal konyol seperti itu? Bahkan itu sudah terjadi sangat lama, ternyata kau memiliki ingatan yang kuat." Senyuman tipis dan singkat terulas, membuat Verga ikut membentang senyum dikedua sudut bibirnya dengan sebelah alis yang sengaja dinaik-turunkan.
"Menurutku itu hal yang masih perlu diingat, meski sudah lama."
"Memangnya ada sesuatu yang menarik?" Tanya Laras kemudian.
"Tentu. Saat itu aku masih bisa melihat wajah polos mu yang mudah sekali untuk dibodohi. Tidakkah kau mengingatnya? Mungkin hampir setiap hari aku bisa membodohimu."
"Vee, aku sedang memegang kakimu yang terluka. Kau tidak khawatir jika akan kubuat semakin lebih sakit lagi?" Terdengar seperti sebuah lelucon yang berkedok ancaman dipendengaran Verga.
"Tentu tidak, karena aku akan memperoleh keuntungan akan hal itu." Sebelah alis Laras terangkat, melipat kedua tangannya didada dengan kaki Verga yang masih bertengger manis di atas pahanya.