Kendati Laras yang tak mempedulikan apapun disekitarnya, tetap berlari pontang-panting melewati rumput liar yang lebat, terjatuh beberapa kali yang membuat lututnya terluka, melempar sepatunya kesembarang arah karena merasakan sesuatu yang menembus kulit kakinya. Darah sudah mengalir dari telapak kakinya, namun tak mengurungkan niatnya untuk terus berlari dan menghampiri bangunan terbengkalai yang terletak tak terlalu jauh dari tempatnya.
Mengabaikan panggilan dari Verga yang masih berusaha mengejarnya, pria itu tetap berlari, menghiraukan rasa sakit yang tak berhenti menyerang di bagian lengan atasnya. Tungkainya melangkah gesit tak beraturan seiring dengan lincahnya langkah besar yang diambil Laras.
Sesaat setelah ia berhasil mendaratkan langkahnya didepan bangunan yang tak jauh buruk dari bangunan yang pertama, Laras tak berhenti meski sejenak untuk menghela nafas. Ia menerobos paksa pintu tersebut, sontak mengundang tatapan kejut dengan mulut terkatup rapat dari Varo.