Tak pernah terpungkiri sekalipun oleh Verga, wajah yang baru saja tersenyum manis beberapa menit yang lalu itu mendadak menjadi suram, berubah terlampau cepat, hingga Verga mewanti-wanti bahwa Laras tak suka dengan ajakannya. Hanya berdiam diri saja dan tak banyak bertanya seperti biasanya, satu tangan yang sengaja ia jadikan tumpuan untuk menopang dagunya, sesekali menatap keluar jendela sembari mengeluarkan helaan nafas lelah yang berulangkali mengundang atensi Verga.
Menepikan mobilnya didepan sebuah cafe, memandangi Laras yang masih tak menatapnya sama sekali, pandangannya masih berada pada objek diluar sana yang Verga ketahui bahwa Laras sedang menatap kosong pada objek diluar sana. Ia menghela nafas, Laras bahkan tak menyadarinya atau sekedar bertanya mengenai Verga yang tiba-tiba meminggirkan mobilnya, masih betah terdiam dengan pikirannya yang sudah berkecamuk kemana-mana.
