Mengalihkan seluruh atensi dan pandangannya pada ponsel yang tergeletak tak jauh dari hadapannya, bunyi dering yang sedari tadi memenuhi rumah itu semakin mengeluarkan suara nyaring. Laras tak berniat mengangkatnya sama sekali, mengetahui nama sipemilik panggilan, seseorang yang ia pernah benci karena meninggalkannya, membuat dirinya bagaikan sekapuk kapas yang tergeletak tak berdaya ditengah jalan, membiarkan hujan dan terik matahari menerpanya tanpa orang itu menoleh sama sekali.
Meski sempat merindukan ibunya, namun entah perasaan itu mendadak hilang, bersamaan dengan moodnya yang kembali membaik. Seakan meruntuhkan benteng pertahanan yang sudah ia buat sekokoh mungkin. Mungkin sekitar tujuh kali ponsel itu berdering, barulah Laras memantapkan dirinya untuk sekedar mengangkat panggilan itu, ia tidak munafik, ia rindu mendengar suara ibunya, meski hanya sebentar saja. Setidaknya mengobati rasa rindu yang sudah membuncah tinggi.