"Kenapa masih disini? Kau tidak akan ke restoran untuk bekerja? Ayolah, lupakan perkataan ku, aku tidak akan memecatmu. Kau hanya perlu meminta maaf pada Laras." Celetuk Varo setelah menemukan presensi Andi yang terdiam melamun didepan tv yang masih menyala.
Entah ia yang sibuk melamun atau memang sengaja menulikan telinganya dari Varo, pria itu masih belum membuka suara sejak semalam. Hanya terdiam dengan tatapan kosong, bahkan Andi menyalakan tv dan mengabaikannya saja seakan tv itu yang menontonnya.
"Ayolah, tidak mungkin kau marah karena perkataan ku, kau juga bersalah. Aku hanya mengambil jalan tengah." Lagi, Andi masih terdiam, menatap kosong kearah meja yang ada dihadapannya. Varo mendengus sebal kemudian melempar handuk setengah basah yang sempat ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya mengenai wajah Andi.
"Berhenti menggangguku dan pergilah!" Kesal Andi, Varo sedikit terkejut, kenapa temannya itu mendadak menjadi pemarah sekarang kepadanya.