Chereads / SECRET WIFE / Chapter 12 - Mantan Pacar

Chapter 12 - Mantan Pacar

Kembali ke apartemennya, Melody merasa lebih baik. Setidaknya pikiran negatif tentang keputusannya sudah berkurang. Benar apa yang dikatakan Indah dan Fiki, apapun keputusan yang ia ambil akan memiliki resiko.

"Sekarang, masalahnya ada pada ibu. Bagaimana kau harus sampaikan bahwa calon menantunya adalah pria beristri," gumam Melody. Ia sudah berbaring di ranjangnya. Memandang langit-langit kamarnya, ia memikirkan apa reaksi ibunya nanti.

Melody akhirnya tertidur setelah lelah memikirkan banyak hal yang belum tentu terjadi. Senin adalah hari yang membuatnya harus menambah stok kesabaran, rentetan pekerjaan sudah menantinya.

Bangun pagi dan melakukan aktivitas rutinnya, sudah biasa ia lakukan. Hidup mandiri di ibukota membuatnya terbiasa melakukan semua sendiri. Setelah menikmati sarapan yang ia buat sendiri, Melody melajukan kendaraannya menuju PP Engineering.

"Mel, jam 10 ikut saya meeting dengan pemda," ucap Hermawan kepada Melody melalui sambungan telepon.

"Baik, Pak. Ada yang perlu disiapkan?" tanya Melody kepada atasannya.

"Tidak ada, hanya sebagai informasi saja, ada mantan kamu di pertemuan itu, bagaimana?" Hermawan merasa tidak enak hati. Namun, apa mu dikata, dia membutuhkan pendampingan Melody di pertemuan itu.

"Mantan ya mantan Pak, kan saya kerja. Biarin aja." Melody terkekeh dengan ucapan atasannya. Menurutnya sudah tidak penting membahas masa lalunya.

"Saya hanya khawatir kamu gak nyaman, tapi sepertinya kamu gak masalah. Saya tenang bawa kamu bertemu dengan mereka." Hermawan menutup sambungan teleponnya setelah mengatakan kelegaannya.

"Ketemu lagi, gak masalah," ucap Melody pada dirinya sendiri. Ia memberitahu Panji kegiatannya hari ini melalui pesan singkat sesuai perjanjian dengan pria tersebut.

"Dicky mantan kamu?" tanya Panji tak kuasa menahan tawanya. Ia bahkan mengirimkan emoji tertawa kepada Melody.

"Bapak kayaknya bahagia sekali saya tertekan," balas Melody dengan emoji marah.

"Baiklah, percaya deh, dia akan ngejar kamu lagi, tapi saya yakin hati kamu sudah milik saya." Panji mengirimkan balasannya lalu tertawa. Nada kepuasan tergambar jelas dari wajahnya sudah mengerjai Melody yang sudah uring-uringan.

"Bapak dapat lotre, kayaknya puas banget." Joni yang masuk ke ruangannya terheran dengan tingkah atasannya.

"Kamu tahu kan, mantan Melody yang orang pemda, Dicky." Panji memberitahu Joni mengenai mantan Melody.

"Apa urusannya sama saya?" tanya Joni penasaran seperti biasa.

"Melody akan ketemu Dicky, mereka ada jamuan makan siang dengan jajaran pemda. Saya dapat info kalau Dicky masih ngejar Mel. Kan info dari anak buah kamu, Jon!" Panji mengingatkan asisten nya jika semua informasi yang ia dapatkan tak lepas dari kerja kerasnya dan anak buah di lapangan.

"Bapak kayaknya seneng banget udah dapat hatinya Melody. Bapak gak nekan dia kan?" tanya Joni memastikan karena ia tidak mendampingi atasannya selama di Bandung.

"kamu ini, mending carikan tempat yang cocok untuk Mama dan Mel ketemu. Dua hari lagi Mama ketemu dia," titah Panji kepadanya.

"Secepat ini, Pak?" Joni tak menyangka atasannya gerak cepat.

"Harus, Mel wanita single dan punya karir bagus. Banyak pengusaha yang suka sama dia," ucap Panji khawatir.

"Luar biasa dampak Melody, seorang Panji yang tidak pernah mengkhawatirkan sesuatu sekarang sudah seperti manusia biasa lainnya. Memiliki rasa khawatir dan tidak percaya diri." Joni meledeknya. Atasannya itu menatapnya kesal dan melemparkan kertas bekas ke arahnya.

"Mau di Jakarta apa di luar kota?" tanya Joni kepada atasannya sambil memindahkan dokumen yang sudah ditandatangani.

"Jakarta saja, private dan kalau bisa jangan terlalu banyak orang di tempat itu. Sewa kalau perlu." Panji mengantisipasi kemungkinan yang membuat Melody tidak nyaman.

Sementara itu, Melody dan Hermawan sudah berada di sebuah hotel dekat bandara internasional Soekarno Hatta untuk bertemu dengan beberapa orang pejabat teras di lingkungan pemerintah daerah.

"Hai, Mel. Apa kabar?" Dicky, Kepala Kantor salah satu instansi pemerintahan menyapanya. Mantan pacar terakhirnya dua tahun lalu.

"Baik Pak, baik. Apa kabar juga." Melody menjabat tangannya profesional.

"Seperti yang kamu lihat, ayo masuk. Yang lain sudah nungguin," ucap Dicky mengajaknya masuk ke dalam ruangan.

Melody dan Hermawan menghadiri pertemuan dengan Dicky dan pejabat daerah lainnya untuk membahas proyek pembangunan pabrik milik Kayana. Ada beberapa keterkaitan dengan pemerintah daerah setempat yang membuat Hermawan merasa perlu menjamu mereka mengingat proyek tersebut bukan sembarang membangun pabrik.

Pembahasan mengenai pekerjaan sampai menjelang makan siang, mereka menghentikan acara tersebut dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Hermawan memang sengaja melakukan hal ini untuk eksistensinya jika ingin mendapatkan proyek pemerintahan lagi. Walaupun profitnya tidak sebesar yang Kayana tawarkan namun sebuah prestise tersendiri bisa mendapatkan proyek strategis milik pemerintah daerah maupun pusat.

"Mel, saya tinggal ke sebelah ya, kalau Dicky ajak ngobrol ya layani saja. Sama-sama single ini," ucap Hermawan memberi ruang kepada Melody untuk berbincang dengan Dicky.

"Mel, bisa bicara?" Dicky sudah berada di hadapannya tak lama setelah Hermawan meninggalkannya.

"Ada apa?" Melody menjawab ketus.

"Ayolah, Mel. Jangan terus-menerus seperti ini. Tidak bisakah kita baikan?" Pinta Dicky frustasi. Selama dua tahun ini, Melody selalu menghindarinya. Sejak jalinan cinta keduanya kandas dengan cara yang tidak baik. Menyakitkan bagi Melody, jelas.

"Baikan?" Melody menatapnya tajam. Seolah berkata, tidakkah kau lupa sudah menyakitiku.

"Mel, makan malam berdua ya?" tawar Dicky.

"Gak bisa, aku banyak kerjaan, Kamu kan tahu, proyek ini aku Project Managernya. Kayana minta aku yang handle, dan aku rasa kamu tahu seperti apa kuasa pemilik Kayana jika ada kesalahan," ucap Melody yang sebenarnya Dicky juga paham. Panji sanggup menembus ring 1. Artinya sampai ke tingkat Presiden pun ia sanggup. Siapa yang berani bermain-main dengannya akan terhempas cepat atau lambat.

"Makan malam hanya dua jam paling lama, Mel. Kamu jangan ketus gitu sama aku," kata Dicky mengikuti langkah Melody yang beranjak meninggalkannya.

Melody berbalik badan ketika menyadari Dicky mengikutinya dari belakang, ia menatap kesal mantan pacarnya itu.

"Jangan mempermalukan diri sendiri, ingat jabatanmu yang kau agung-agungkan itu!" Melody mengucapkan kata-kata tegas bernada sindiran kepada Dicky sebelum benar-benar meninggalkannya.

Kandasnya hubungan Melody dengan Dicky memang dipicu oleh keinginan Dicky untuk maju dalam Pilkada yang mendapat penolakan darinya. Setiap membahas topik itu, mereka selalu bertengkar. Melody merasa, tempat Dicky bukan di politik namun di pemerintahan. Dan memang terbukti, setelah kalah dalam pilkada, Dicky kembali menekuni karirnya di pemerintahaan dan akhirnya mendapatkan jabatan prestigious.

Bukan kalahnya dalam Pilkada yang Melody permasalahkan, namun modal untuk kampanye yang dipakai Dicky diluar nalarnya, hingga tabungan yang digagas keduanya untuk modal menikah ikut raib. Dari kejadian ini, Melody menyadari mungkin ini cara Tuhan menunjukkan bahwa mereka tidak berjodoh. Sesuatu yang bukan milik kita akan pergi seiring dengan berjalannya waktu.

.