Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Suami Bayaran (Kawin Kontrak)

🇮🇩DaoistOVZDbS
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12.4k
Views
Synopsis
Menceritakan seorang perempuan (Titah) yang di minta untuk segera menikah oleh kakeknya (mbah Sakiman) & (mbah Wiro).  Karena kakeknya sudah ingin memiliki cicit dari cucunya, kemudian teman dari cucunya (Kamil) menyarankan supaya Titah mencari suami bayaran (kawin kontrak) saja.  Titah pun setuju, ketika Titah berkunjung ke Purwokerto untuk liburan, bertemulah dengan pria (Irfandi).  Irfandi yang baru saja kena PHK dan Titah pun datang padanya menawarkan pekerjaan padanya yaitu sebagai suami bayaran (kawin kontrak) dan Titah juga bersedia membayar berapapun yang di minta oleh Irfandi.  Irfandi pun menyetujuinya, lalu Irfandi di bawa Titah ke Bandung dan bertemu dengan kakeknya.  Bagaimana kelanjutan ceritanya akan kah keduanya saling mencintai dan menikah dengan resmi (sah) ?, Langsung saja kita ke ceritanya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Episode 01

Bandung

Di rumah Titah

Di meja makan..

"Assalamu'alaikum mbah..", Titah memberikan salam pada mbah Wiro dan mbah Sakiman.

"Wa'alaikumussalam", mbah Wiro dan mbah Sakiman menjawab salam dari Titah.

"Nduk.."

(Nak..)

"Nggih mbah"

(Ya mbah)

"Ana sing karep mbah bicarakan karo kowe"

(Ada yang ingin mbah bicarakan dengan kamu), kata mbah Sakiman.

"Amit, mbah Wiro, mbah Sakiman, lan mbak Titah, iki sarapan ne, susu, lan kopi ne"

(Permisi, mbah Wiro, mbah Sakiman, dan mbak Titah, ini sarapannya, susu, dan kopinya), kata Asih.

"Nggih.."

(Ya..), seru Titah, mbah Sakiman, dan mbah Wiro.

"Maturnuwun nggih Asih"

(Terimakasih ya Asih), kata Titah.

"Inggih sami-sami mbak Titah"

(Iya sama-sama mbak Titah), sambung Asih.

"Oh ya jare ne ana sing karep di omongin, emang e ngomongin soal apa ya mbah ?"

(Oh ya katanya ada yang ingin di bicarakan, memangnya membicarakan soal apa ya mbah ?), tanya Titah.

"Sebelum e mbah Sakiman karep bertanya terlebih dhikik nang kowe"

(Sebelum mbah Sakiman ingin bertanya terlebih dahulu padamu), jawab mbah Sakiman.

"Soal apa kuwi mbah ?"

(Soal apa itu mbah ?), tanya Titah lagi.

"Soal umur, umurmu saiki sepira nduk ?"

(Soal umur, umurmu sekarang berapa nak ?), tanya mbah Sakiman lagi.

"Sudah dua puluh tujuh tahun mbah..", jawab Titah.

"Kowe wis nduwe pacar durung ?"

(Kamu sudah punya pacar belum ?), tanya mbah Sakiman lagi.

"Durung mbah.."

(Belum mbah..), jawab Titah lagi.

"Yen calon bojo wis durung ?"

(Kalau calon suami sudah belum ?), tanya mbah Wiro.

"Calon pacar wae durung nduwe apa meneh calon bojo mbah, ya padha jawaban ne, durung nduwe mbah Sakiman, mbah Wiro"

(Calon pacar saja belum punya apa lagi calon suami mbah, ya sama jawabannya, belum punya mbah Sakiman, mbah Wiro), jawab Titah lagi.

"Baik, yen ngono mbah Sakiman lan mbah Wiro karep mengenalkan kowe marang cucu ne kanca mbah"

(Baik, kalau begitu mbah Sakiman dan mbah Wiro ingin mengenalkan kamu pada cucunya teman mbah), kata mbah Wiro.

"Di kenalkan, maksute neng jodohkan gitu ?"

(Di kenalkan, maksudnya di jodohkan gitu ?), tanya Titah lagi.

"Ya yen cocok oleh uga"

(Ya kalau cocok boleh juga), jawab mbah Sakiman lagi.

"Haa.., enggak, enggak, enak saja, memangnya ini jamannya Siti Nurbaya apa, pake di jodoh-jodohkan segala", kata Titah yang menolak untuk di jodohkan.

"Saiki ngene wae ya nduk, umurmu wis pira, wis gerang ta, kok ngapa durung rabi uga, kowe uga wis mapan lan banjur marang S3"

(Sekarang begini saja ya nak, umurmu sudah berapa, sudah dewasa kan, kok kenapa belum menikah juga, kamu juga sudah mapan dan lanjut ke S3), kata mbah Sakiman.

"Siji meneh nduk, mbah Sakiman lan mbah Wiro uga wis ra sabar kanggo menimang cicit, kan sing durung rabi kuwi kowe, nduk.."

(Satu lagi nak, mbah Sakiman dan mbah Wiro juga sudah tidak sabar untuk menimang cicit, kan yang belum menikah itu kamu, nak..), sambung mbah Wiro.

"Haa.., enggak, enggak kalau untuk di jodoh-jodohkan, masalahnya cari jodoh itu bukan di ibaratkan seperti kita membeli kucing dalam karung mbah, asal comot saja, tuh contohnya sudah ada satu kakak laki-laki ku, sudah ah.., tuh Kamil sudah jemput kuliah, berangkat dulu ya mbah, assalamu'alaikum", kata Titah yang pamit kuliah.

"Inggih nduk.."

(Iya nduk..), seru mbah Sakiman.

"Wa'alaikumussalam", mbah Sakiman dan mbah Wiro menjawab salam dari Titah.

"Ati-ati neng dalan nggih nduk.."

(Hati-hati di jalan ya nak..), seru mbah Wiro.

"Nggih mbah.."

(Ya mbah..), sambung Titah.

Di depan rumah Titah..

"Tumben cepat keluar rumah nya biasanya lama, gue nungguin sampai berjam-jam", kata Kamil.

"Sudah cukup dan stop ngomelnya ya mil, gue keluar cepat karena gue sudah di tanyain mulu sama mbah Sakiman dan mbah Wiro sudah punya pacar atau calon pacar belum, dan yang paling terbaru adalah..", sambung Titah yang terpotong perkataannya oleh Kamil.

"Terbaru apaan tuh ?", tanya Kamil yang memotong perkataan dari Titah.

"Perjodohan..", jawab Titah singkat.

"Oh ya ya..", seru Kamil.

"Stop, yuk sekarang kita berangkat ke kampus, nanti telat loh mil..", kata Titah.

"Yuk..", seru Kamil lagi.

Di mobil Kamil..

"Sudah dong tah, jangan cemberut saja, senyum gitu, iii..", kata Kamil yang menghibur Titah yang sedang kesal.

"How can I smile and be happy, if my grandfather wants to match me"

(Bagaimana saya bisa tersenyum dan bahagia, kalau kedua kakek ku itu ingin menjodohkan saya), kata Titah yang cemberut kesal.

"Why, is it because of the matchmaking ?"

(Kenapa sih, itu gara-gara perjodohan itu ?), tanya Kamil.

"According to you ?"

(Menurutmu ?), tanya Titah juga.

"Oh God, just accept the matchmaking, maybe then your two grandfathers will stop asking about your boyfriend or future husband again"

(Ya Allah sudah terima saja perjodohan itu, mungkin dengan begitu kedua kakek mu berhenti bertanya soal pacar atau calon suami mu lagi), jawab Kamil.

"Still don't want to, hmm.."

(Tetap tidak mau, hemm..), kata Titah lagi.

"Okay, okay.."

(Oke, oke..), seru Kamil.

"Hadeh, Kamil bisa gak sih, gak usah ngerem mendadak", Titah mengeluh saat Kamil mengerem mendadak.

"Sorry, hehe.."

(Maaf, hehe..), kata Kamil yang meminta maaf pada Titah dengan tertawa.

"Okay, so hurry up, oh yeah, today is the last study on campus, right, and next week's semester exam, right ?"

(Oke, ya sudah cepat jalan, oh ya hari ini belajar terakhir di kampus kan, dan minggu depan ulangan semester kan ?), tanya Titah.

"Yes, that's right, today is the last study on campus and next week is the semester exam, but in a week we will discuss what is for next week's exam, why ?"

(Iya benar, hari ini belajar terakhir di kampus dan minggu depan ulangan semester, tapi kan seminggu lagi membahas yang buat ujian minggu depan, kenapa ?), tanya Kamil.

"It's okay, just asking, oh yeah, how is this semester's exam finished, let's go on vacation.."

(Tidak apa, hanya bertanya saja, oh ya bagaimana habis ujian semester ini, kita liburan yuk..), jawab Titah.

"Vacation, okay, where ?"

(Liburan, boleh, kemana ?), tanya Kamil lagi.

"Wait a moment.."

(Tunggu sebentar..), jawab Titah lagi.

"Hurry up, don't think about it for too long, you'll be like Asih is taking too long to think the food will burn, haha.."

(Buruan mikirnya jangan kelamaan, nanti kaya Asih lagi kelamaan mikir masakan jadi gosong, haha..), keluh Kamil.

"Ih sue, gak ada hubungannya gue sama Asih ya mil, tadi sudah dapat gara-gara kamu ngomong jadi lupa lagi kan tuh hemm..", keluh Titah lagi.

"Hehe.., sudah nanti saja jawabannya", kata Kamil yang tertawa.

"Loh kok nanti sih mil, ini sudah dapat juga jawabannya", sambung Titah.

"Tuh, elu kaga lihat tuh, kampus, yang artinya kita sudah sampai di kampus", kata Kamil lagi.

"Hemm ya dah.., tapi nanti elu ingatkan gue lagi ya..", keluh Titah lagi.

"Insyaallah kalau ingat ya hehe..", kata Kamil yang masih mentertawakan Titah.

"Hemm..", keluh Titah lagi.