"Terus siapa lagi? Buruan ah ngomong sana," suruh Ratu sambil mencubit paha suaminya.
"Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa bisik-bisik seperti itu?" heran Andin yang mencium bau-bau mencurigakan.
"Apa yang mau kalian sampaikan? Sepertinya penting, sampai Revan harus repot-repot ke sini?" tanya Naila semakin membuat Revan yang hendak membuka mulutnya menjadi gugup.
"Emm emm a-aku...emm." Revan tak tau mau berbicara apa, pasalnya ke tiga wanita tersebut kini menatap intens ke arahnya.
"Aihh lama sekali, sih? Buruan ah," kesal Ratu yang tidak sabaran.
"Sebentar ah, lagi nyiapin kata-kata dulu," protes Revan karena sang istri terus saja mendesaknya.
"Mau ngomong apa, sih? Sampai berkeringat, begitu?" heran Naila pada satu-satunya laki-laki tampan di mejanya.
"Emm aku mau emm ke toilet, permisi." Revan langsung beranjak dari kursinya, meninggalkan para ciwi-ciwi yang melongo.
"Aihh dasar si bego! Gitu aja kagak berani bilang," gerutu Ratu.