Jakarta
Di rumah pak Krisna
Di kamar Titah..
"Diam kamu di sini, jangan kamu keluar rumah dan bertemu dengan ojol itu lagi mengerti," kata bu Dewi.
"Tapi bu, Titah cinta, Titah sayang dengan mas Irfandi," sambung Titah.
"Cinta, sayang, tau apa kamu tentang cinta dan sayang, hah.., anak baru kemarin sore sudah cinta cinta an, sayang sayang an, pokoknya ibu bilang tidak ya tidak, mengerti," kata bu Dewi lagi.
"Tapi bu, loh kok di kunci bu, bu buka, bu, buka," sambung Titah lagi.
Di rumah pak Joko
Di depan rumah pak Joko..
"Loh leh, panjenengan punapa leh ?, Arfani," tanya bu Ajeng dengan panik.
(Loh nak, kamu kenapa nak ?, Arfani)
Di ruang tamu..
"Inggih bu," kata Arfani.
(Iya bu)
Di depan rumah pak Sunar lagi..
"Dhateng mriki sekedhap leh," pinta bu Ajeng.
(Ke sini sebentar nak)
"Inggih bu, enten menapa ?," tanya Arfani.
(Iya bu, ada apa ?)
"Panjenengan ningal niki, adhi panjenengan," jawab bu Ajeng.
(Kamu lihat ini, adik mu)
"Astaghfirullahalazim Fandi, punapa kok babak belur kados niki ?," tanya Arfani.
(Astaghfirullahalazim Fandi, kenapa kok babak belur seperti ini ?)
"Sampun mangke kamawon ing wangsul ing lebet griya sakmenika kita bekta mlebet kamawon riyen nggih dhateng lebet griya, mangga..," jawab bu Ajeng lagi.
(Sudah nanti saja di jawab di dalam rumah sekarang kita bawa masuk saja dulu ya ke dalam rumah, yuk..)
"Inggih bu," kata Arfani.
(Iya bu)
Di kamar Irfandi..
"Fandi sekarang coba kamu cerita pada saya, kenapa kamu bisa babak belur seperti ini ?," tanya Arfani.
"Baik, saya akan menceritakan nya pada mu, seperti ini cerita nya," jawab Irfandi.
Dua hari sebelumnya..
Di pangkalan ojek..
"Mas Fandi ini makan siangnya," jangan lupa di maem ya," kata Titah.
"Inggih yank, maturnuwun nggih," sambung Irfandi.
(Iya yank, terimakasih ya)
Di rumah pak Krisna
Di kamar Titah..
"Nduk hayuk makan siang dulu, loh kok gak ada di kamarnya anak perempuan ku ini, kemana ya, oh mungkin sudah di ruang makan ya, ya sudah ke ruang makan saja lah," kata bu Dewi.
Di ruang makan..
"Loh kok Titah gak ada," kata bu Dewi.
"Amit ndara," sambung Darmi.
(Permisi ndara)
"Nggih, eh mi, mi," kata bu Dewi lagi.
(Ya, eh mi, mi)
"Inggih ndara, enten menapa, enten ingkang sanguh kula bantu ?," tanya Darmi.
(Iya ndara, ada apa, ada yang bisa saya bantu ?)
"Kula karep bertanya, Titah dhateng pundi kok mboten enten ing kamare, kula kinten ing mriki, ing mriki ugi mboten enten, sampeyan tau mboten piyambakipun ing pundi ?," tanya bu Dewi.
(Saya ingin bertanya, Titah kemana kok tidak ada di kamarnya, saya kira di sini, di sini juga tidak ada, kamu tau tidak dia di mana ?)
"Apunten ndara kula mboten mangertos mbak Titah dhateng pundi, saben siyang mesti mangsak uga kula ugi mboten mangertos ing bekta dhateng pundi masakan ne ndara," jawab Darmi.
(Maaf ndara saya tidak mengerti mbak Titah kemana, setiap siang pasti masak dan saya juga tidak mengerti di bawa kemana masakannya ndara)
"Oh mekaten, nggih sampun panjenengan sanguh lajeng bekerja ing pawon iseh," kata bu Dewi.
(Oh begitu, ya sudah kamu bisa lanjut bekerja di dapur lagi)
"Inggih ndara, amit," sambung Darmi.
(Iya ndara, permisi)
"Nggih..!!," seru bu Dewi.
(Ya..!!)
"Let's have lunch and my sister will come home," kata Aldi.
(Sudah mah makan siang saja dulu nanti juga adikku pulang)
"Yes my son, but who makes Mother wonder your sister wherever and why every day cook and her cooking is taken out, where ?," tanya bu Dewi.
(Iya putraku, tapi yang membuat ibu heran adikmu kemana dan kenapa setiap siang masak dan masakannya di bawa keluar, kemana ?)
"Ampun berburuk sangka riyen diajeng, bokmenawi Titah saweg berbagi ing tiyang ingkang membutuhkan," jawab pak Krisna.
(Jangan berburuk sangka dulu diajeng, mungkin Titah sedang berbagi pada orang yang membutuhkan)
"You mean do charity just like that ?," tanya Aldi.
(Maksudnya ayah bersedekah begitu ?)
"Yes my son," jawab pak Krisna lagi.
(Iya nak)
"Inggih ugi sih, piyambakipun kan sae sekali anak e, nggih sampun kita tedha kamawon duluan," kata bu Dewi.
(Iya juga sih, dia kan baik sekali anaknya, ya sudah kita makan saja duluan)
Beberapa jam kemudian..
Di ruang tengah..
"Ya pulsaku habis lagi, beli dulu deh keluar," kata Aldi.
"Di, di..," bu Dewi memanggil Aldi.
"Yes mom," jawab Aldi.
(Ya bu)
"Mau kemana ?," tanya bu Dewi.
"Mau beli pulsa, pulsa Aldi habis mah," jawab Aldi.
"Oh, ya sudah hati-hati ya, oh ya di, di, nanti kamu cari Titah sekalian ya," kata bu Dewi.
"Iya mah," sambung Aldi.
Di pangkalan ojek lagi..
"Mas Fandi pelan-pelan dong, keselek kan," kata Titah.
"Emm dasar bucin," keluh Arfani.
"Meneng ngapa fan, ngomong bae kowe iri ta, amarga bojo kowe ra tau terna pangan awan marang kene ta ?," tanya Irfandi.
(Diam kenapa fan, bilang saja kamu iri kan, karena istrimu tidak pernah antar makan siang ke sini kan ?)
"Hemm sakarepmu ndi," keluh Arfani lagi.
(Hemm terserah kamu, ndi)
"Sudah dong, jangan bertengkar, kalian berdua ini kan kakak adik ya jangan bertengkar lah," kata Titah.
"Loh itu bukannya Titah ya, ngapain dia di situ, loh loh kok Titah dan Irfandi saling suap-saupan sih, jangan-jangan mereka pacaran lagi, eh tapi gak apa sih kalau Titah dan Irfandi pacaran, Irfandi kan anaknya baik dan kayanya Irfandi juga sayang sama Titah, emm ya sudah beli pulsa dulu deh baru ke sana sekalian ajak Titah pulang," kata Aldi yang melihat Titah dan Irfandi berduaan di pangkalan ojek.
Di konter pulsa..
"Pak pulsa ya," kata Aldi.
"Iya, nomernya ?," tanya penjual pulsa.
"Nomernya 0858XXXXXXXX," jawab Aldi.
"Oke yang berapa ?," tanya penjual pulsa lagi.
"Yang seratus pak," jawab Aldi lagi.
"Oke, jadi seratus dua ribu rupiah mas," kata penjual pulsa.
"Iya, ini uangnya pak," sambung Aldi.
"Terimakasih dik," kata penjual pulsa lagi.
"Iya sama-sama, pulsa beres sekarang tinggal ke pangkalan ojek," sambung Aldi lagi.
Di pangkalan ojek lagi..
"Ya sudah, kalau begitu Titah pulang ya sudah sore juga takut di cari ibu," kata Titah.
"Iya sayang, eh ada orderan masuk, kamu sekalian saya antar ke rumah ya," sambung Irfandi.
"Iya mas," kata Titah lagi.
"Fan, duluan ya," sambung Irfandi lagi.
"Iya Fandi," kata Arfani.
"Assalamu'alaikum," Titah dan Irfandi memberikan salam pada Arfani.
"Wa'alaikumussalam," Arfani menjawab salam dari Titah dan Irfandi.
"Assalamu'alaikum," Aldi memberikan salam pada Arfani.
"Wa'alaikumussalam," Arfani menjawab salam dari Aldi.
"Fan, Titah karo adhi ne panjenengan dhateng pundi ?," tanya Aldi.
(Fan, Titah dengan adikmu kemana ?)
"Adhi ne nyong karo adhi ne panjenengan anyar bae lunga mas," jawab Arfani.
(Adikku dengan adikmu baru saja pergi mas)