Belum jua reda rasa gundah pada hati Gladys, wanita beriris kecokelatan tersebut harus dihadapkan oleh sebuah kenyataan menyakitkan.
Brak ... suara benturan kedua benda keras sungguh mampu membuat perangai Gladys semakin buruk. Emosinya kian membuncah mana kala ia melihat mobilnya diserempet oleh sebuah mobil mewah tatkala Gladys ingin keluar dari tempat parkir mobilnya.
Mobil mewah tersebut menyerempet kaca spion mobil milik wanita berparas ayu tersebut. Gladys yang diliputi perasaan gundah kini kian kesal dan semakin kesal lagi.
"Kenapa hari ini aku harus menanggung beban dari perbuatan seseorang!" keluh Gladys keluar dari mobilnya dengan wajah menahan amarah.
Gladys ingin mencari perhitungan dengan pengemudinya yang telah menyerempet bagian depan mobilnya hingga merusakkan kaca spion sisi kiri milik Gladys. Hal seperti ini tak pernah ia impikan sebelumnya, peristiwa sangat menyebalkan ini merupakan kali pertama dalam hidup Gladys. Terlebih lagi Gladys memang tak suka mencari sebuah masalah.
"Apa Anda tidak melihat bahwa saya akan keluar?" Gladys menyemprot pengemudi ugal-ugalan yang telah merusak bagian mobilnya itu.
Tampak seorang pria seusianya sedang menekuk sebagian besar wajah tampannya. Sosok pengemudi yang jelas-jelas akan dimaki oleh Gladys sungguh menunjukkan itikad yang cukup baik. Oleh karena itu, Gladys sedikit menurunkan amarahnya atas perlakukan pengemudi tersebut.
"Maafkan aku Nona, aku sedang buru-buru menjemput seseorang!" pungkasnya seraya meminta maaf pada seorang Gladys yang masih tampak sedikit kesal.
Bagaimana tidak, meski pemuda itu cukup tampan dan sopan, Gladys masih tak menampik kecewanya bila ia menatap spion mobilnya yang telah patah sebelah. Sesak di dada Gladys masih terus mengusiknya. Belum selesai masalah satu, dan kini satu masalah lagi hinggap di depannya.
"Aku nggak mau tahu, kamu harus ganti rugi! bila tidak, aku akan menuntut kamu."
"Maaf banget Nona, saya sangat bersalah. Bagaimana bila kita bawa mobil Nona ke bengkel agar pihak asuransi yang menanggung biaya kerusakan?" saran pemuda itu untuk sekadar menyelesaikan masalah ini.
Gladys terdiam sejenak, ia harus memilah kata yang tepat untuk membalas perkataan penabrak mobilnya. Wanita cantik itu tak boleh lengah akan sikap sopan dan baik hati dari pemuda itu. Apalagi bila biaya kerusakan ditanggung pihak asuransi, Gladys akan gagal mendapatkan sedikit keuntungan dari ganti rugi nantinya.
"Hmm ... karena aku malas meladeni, baiklah akan aku bawa mobil ini ke bengkel. Namun, aku perlu sebuah jaminan agar kamu tak lari!" otak picik dan tak bisa dikalahkan milik Gladys tak mampu dibodohi begitu saja. Baginya masalah serumit apapun akan ia selesaikan dengan satu hentakan dari kakinya.
"Lalu apa yang Nona inginkan sebagai jaminan?"
"KTP? SIM?"
"Wah jangan dong, itu barang pribadi saya! sedangkan ini bukan mobil milik saya."
Gladys cukup kesal karena pemuda yang belum ia ketahui namanya itu mencoba berkelit untuk menciptakan cara agar ia bisa meloloskan diri. Wanita pemilik kantor biro jodoh itupun lalu memulai untuk memeras otaknya agar mampu menjerat sang pelaku.
"STKN? Anda bilang ini bukan milik Anda bukan?" Ide brilian itu muncul begitu saja seperti biasanya. Bagaimana mungkin pemilik mobil ini akan kabur bila salah satu surat pentingnya ada pada Gladys.
"Baiklah!"
Pemuda yang pada akhirnya diketahui bernama Seno itupun mengeluarkan surat penting milik bosnya dari dalam dashboard mobil mewah yang ia kendarai.
Seno menyerahkan STNK milik atasannya pada wanita yang telah ia tabrak mobilnya. Dadanya sedikit naik turun karena berusaha mengatur napasnya. Ia juga takut dimarahi oleh sang atasan karena terlalu lama untuk menjemputnya.
"Janaka Matila!" seru Gladys membaca nama yang tertera pada surat kendaraan bermotor yang kini ia pegang. Dengan surat inilah Gladys bisa meminta pertanggungjawaban atas perbuatan oknum yang telah menyerempet mobilnya.
"Oke, jangan kabur!" perintah Gladys lalu bergerak dari tempat mengerikan ini. Ia tak ingin terlalu lama berada di tempat terkutuk ini karena area hotel ini telah banyak memberinya masalah bertubi-tubi.
*
Lain halnya dengan Gladys, Seno yang telah ditunggu lama oleh bosnya segera bergegas untuk mempercepat langkanya agar sang atasan tidak murka padanya. Menjadi pesuruh dari Janaka Matila menjadi perkerjaan yang cukup melelahkan tetapi juga sangat menjanjikan untuknya. Selain memiliki lidah yang tajam, Janaka sebenarnya juga memiliki sisi baik yang jarang diketahui oleh orang lain. Salah satunya adalah Seno, telah 3 tahun ini pria muda itu mencicipi pahit dan manisnya bekerja dengan Pria berhati keras seperti Janaka.
Selama tiga tahun itulah Seno mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri serta keluarga. Karena sang adik masih memerlukan banyak biaya, oleh sebab itu Seno harus terus menundukkan kepala serta egonya kala menerima perlakuan buruk dari Janaka.
"Dari mana saja kau Sen? Lelet!" hardik Janaka, pria berperawakan tinggi besar itu pada Seno kala sang asisten menampakkan batang hidungnya.
"Maaf Pak, ada sedikit masalah! di tempat parkir tadi karena tergesa-gesa saya menyerempet mobil orang."
Seno menjelaskan duduk permasalahan mengapa ia sedikit telat menjemput sang atasan. Asisten Janaka itu tak tahu bila sang bos sedang memendam kejengkelan tingkat tinggi karena Erika, mamanya memaksa Janaka untuk menikah dan merencanakan sebuah kencan buta dengan seorang model mes*m padanya.
Merencanakan sebuah blind date bukan kali pertama bagi Erika. Wanita tua itu tak pernah bosan menyusun rancangan agar sang putra segera melepaskan masa lajangnya. Meski harus membayar mahal biro jodoh, itu tak masalah. Karena baginya uang tak ada artinya bila Janaka sang putra tak kunjung duduk di pelaminan.
"Lalu sudah kau bereskan? Apa kau tahu akibat hal bodoh yang kau lakukan merugikan aku?"
Seperti biasa Janaka akan memarahi Seno atau karyawannya bila mereka telah melakukan kesalahan. Baginya, semua hal harus berjalan sesuai jalurnya. Begitulah pemikirannya dari seorang Janaka Matila.
Telah dikenal lama Janaka Matila merupakan bos yang tak segan untuk memarahi serta menghukum siapapun yang telah merugikan dirinya baik itu material ataupun moril. Bahkan sang ibu juga menjadi sasaran dari amukan Janaka seperti saat pria itu berada dalam sebuah lift barusan.
Janaka Matila merupakan pria ambisius yang telah kenyang makan asam garam di dunia bisnis. Perangainya yang buruk ini membuat lelaki yang memiliki nama dari bahasa Sansekerta ini dijauhi oleh beberapa gadis muda yang telah banyak dijodohkan oleh sang ibu termasuk Madona si model majalah dewasa tadi.
Janaka mencemooh Madona sebagai wanita tuna susila karena sikap serta cara pakaiannya tak jauh berbeda dengan seorang wanita malam. Apalagi kala Madona menawarkan mampu memberikan servis maksimal di atas ranjang. Janaka menjadi naik pitam dan ingin segera meruntuhkan karir model Madona aat ini juga. Dengan satu pukulan saja, Janaka mampu membuat Madona tersungkur hingga jatuh ke dalam jurang kehancuran.
****