Namanya Janaka Matila, sosok muda dan berprestasi yang menjadi tombak kesuksesan Brahmana Business Group Sosoknya memang tidak dikenal secara gamblang oleh masyarakat, namun siapa sangka bila Naka panggilan akrabnya merupakan pebisnis sejati.
Janaka Matila yang dalam bahasa Sansekerta merupakan salah satu tokoh pewayangan Ramayana adalah putra pertama dari Sigit Brahmana sang taipan, yang dalam arti Indonesianya adalah konglomerat. Asetnya telah tersebar di seluruh negeri, pemilik tambang batubara terbesar di wilayah Kalimantan ini telah menguasai beberapa aspek ekonomi.
Dan salah satunya adalah PT Brahman Mega Development yang kini aktif di handle oleh sang putra yakni Janaka. PT BMD merupakan perusahaan real estate terbesar dan tak tertandingi di Indonesia ini. Janaka telah lama bergelut dengan pembangunan beberapa perumahan mewah, superblock serta beberapa gedung yang bisa disewakan.
Namun keberhasilan Janaka dalam urusan berbisnis berbanding terbalik dengan urusan asmaranya. Pria berusia matang tersebut belum juga menemukan wanita yang pas sesuai kriterianya. Alhasil, hingga saat ini pun Janaka masih betah melajang dan belum berminat berumah tangga.
Berulangkali pula Nyonya Erika Gayatri sang ibunda menjodohkan Janaka dengan putri dari rekan sang suami serta gadis-gadis yang dipilih sendiri oleh Nyonya Brahmana itu. Namun, tak satupun yang mampu menarik simpati janaka.
Hingga suatu ketika, dalam sebuah acara dinner yang diadakan oleh kedua orangtuanya serta sang adik perempuan Janaka yang telah mendahului Naka dalam urusan asmara. Aruni Sarasvati, adik kandung Janaka telah melangsungkan pernikahan dengan pria pujaannya bahkan gadis ayu itu kini telah memiliki sepasang anak kembar dari buah pernikahannya.
Acara makan malam yang bertempat di Restoran The Black Swan itu dihadiri oleh keluarga Brahmana. Acara dinner yang dilaksanakan hingga sebuah restoran steak nomer Wahid yang terletak 19 Cecil Street The Quadrant At Cecil The Quadrant, Singapura harus tutup untuk umum. Hal ini memang telah dibooking secara khusus oleh Brahmana family.
"Kapan kamu akan membawa pasanganmu dalam acara seperti ini Naka?" suara bariton Sigit Brahmana sang pendiri Brahmana BG menggema meminta jawaban dari sulungnya itu.
"Ah itu tak penting ayah, aku lebih nyaman seperti ini dari pada harus sibuk dengan segala kerepotan yang disebabkan oleh wanita." jawab Naka tak memedulikan perasaan sang ibunda serta Aruni yang notabenenya juga seorang wanita.
Kembali Janaka mengesap wine yang berada di tangan kanannya. Ia terlalu fokus menikmati anggur tersebut dan tanpa sadar telah menyakiti perasaan sang ibunda.
Aroma wine ini mengular hingga merangsak ke indera penciuman Janaka. Memang sungguh nikmat bila dinner ditemani oleh wine. Hal sepele seperti ini cukup menenangkan bagi pemilik tinggi badan 173 cm tersebut.
"Jaga ucapanmu Mas!" Aruni yang sejak tadi memendam kekesalan pada Janaka tak bisa menahan amarahnya melihat sang kakak lelakinya tanpa rasa bersalah mengatakan hal yang menyakitkan bagi setiap wanita.
"Sudah-sudah, lanjutkan makan malamnya anak-anak!" Nyonya Erika menengahi kedua buah hatinya yang kini terlibat sebuah percekcokan.
Sudah menjadi hal umum di dalam keluarga Brahmana bahwa sang putra sulung serta adiknya selalu berseru entah itu dalam hal apapun. Perbedaan pendapat di antara keduanya sungguh ketara dan menyebabkan mereka tak jarang bersitegang satu sama lain.
"Kurasa Aruni benar Naka, lebih baik cari pasangan yang tetap agar mampu merubah sifat semena-mena yang kamu miliki." Tak mau kalah Sigit Brahmana menimpali omongan sang putri.
"Sudah ibu rencanakan Ayah, tapi Naka selalu saja menghancurkan kencan buta yang ibu jadwalkan!"
"Hingga kapan kau akan melajang Naka? Lihatlah Aruni telah memiliki dua buah hati? Dan ayah rasa kamu tak layak menjadi pewaris utama Klan Brahmana!" Ayah telah bertitah, dan ini tak bisa diganggu gugat lagi.
"Lalu apa yang akan kalian lalukan bila aku tak menikah?" sergah Janaka dengan senyum smirk pada seluruh anggota keluarganya.
"Lepaskan nama Brahmana dari diri kamu!"
Bak dihujam seribu meriam, dada Janaka terasa sangat sesak mengetahui apa yang telah ayahnya kehendaki. Perusahaan yang telah lama ia besarkan dari mati suri ini terancam akan diambil alih oleh sang ayahanda. PT Brahmana Mega Development telah menguasai pasar properti baik itu di daratan jawa maupun luar jawa. Semua itu tak lepas dari kontribusi sang maharaja Janaka.
"Jangan seenaknya saja Ayah, Ayah kira BMD barang mainan anak TK?" Janaka tak terima bila sang ayah akan mencopot kedudukan Janaka sebagai komisaris besar perusahaan tersebut dari BMD.
"Makanya segera menikah!"
Dan yang membuat Janaka lebih naik pitam lagi karena Sigit Brahmana menitahkan Saka suami dari Aruni yang akan menggantikan Janaka. Betapa tak habis pikir pria gagah itu pada sang ayah. Pasalnya Saka bukan orang yang tepat untuk menggantikannya posisi dirinya sebagai pemimpin BMD.
***
Sama seperti Janaka, seorang wanita yang kini duduk di ruangannya juga tampak gusar. Aura kekesalannya terlihat jelas menyelimuti wajah cantiknya.
Gladys Hartono si pemilik kantor penyedia layanan penyelenggara perjodohan duduk dengan mimik muka memendam dongkol pada secarik kertas yang kini tepat berada di depannya.
secarik kertas yang merupakan sebuah alamat dari seseorang ini sama persis dengan alamat yang tertera pada STNK yang Gladys tahanan dari Seno si penemu mobil yang telah menabrak mobilnya.
Tak cukup itu saja, sebuah email berupa tagihan dari biaya servis mobil dari bengkel masih terpampang nyata dihadapannya. Iya invoice dari bengkel mobil itu masih terbuka dengan deretan angka yang bisa membuat Gladys sakit kepala.
Masalah yang menimpa wanita cantik itu tak sederhana, agen biro jodoh Gladys juga mendapatkan tuntutan ganti rugi dengan harga fantastis atas tindakan tidak nyaman yang diterima oleh Madona. Model majalah dewasa itu menuntut Gladys selaku pemimpin perusahaan agar membayar ganti rugi moril sebesar 100 juta rupiah.
"Siapapun Janaka aku akan membunuhnya! karena dialah aku mendapatkan masalah serumit ini."
Tangan kanannya mengepal erat, sesekali jari-jemari lentiknya mengetuk meja kayu di ruangannya ini. Perasaan Gladys tak menentu karena wanita itu sendang menunggu kabar dari karyawannya yang kini sedang berjuang untuk menemui Janaka pada alamat yang tertera.
Begitu ponselnya berdering untuk pertama kalinya pada siang ini, Gladys buru-buru menjamah benda pipih keluaran terbaru miliknya.
"Bagaimana Kanaya?"
"Gagal Mbak, saya tak bisa masuk menemuinya!"
Tubuh Gladys lunglai bersamaan dengan berakhirnya panggilan telepon dari Kanaya, karyawan Mizu Cupid. Tamat sudah riwayat dompet Gladys. Sebenarnya tuntutan dari Madona bukan hal yang besar bagi Gladys. Tapi bila menilik dari watak Gladys yang cukup pelit untuk menggelontorkan uang demi hal yang tidak penting tentu menjadi salah satu masalah besar bagi wanita penggila warna ungu tersebut.
****
I'm sorry I don't understand
Where all of this is coming from
I thought that we were fine (oh we had everything)
Your head is running wild again
My dear we still have everythin'
And it's all in your mind (yeah but this is happenin')
You've been havin' real bad dreams oh oh
You used to lie so close to me oh oh
There's nothing more than empty sheets between our love, our love
Oh our love, our love
Just give me a reason, just a little bit's enough
Just a second we're not broken just bent and we can learn to love again
I never stop, you're still written in the scars on my heart
You're not broken just bent and we can learn to love again