Ruri hanya berdiri kaku menatap Sesilia yang tengah menggunakan alat buatan Dino. Mereka berdua tampak asik mengabaikan dirinya. Cemas, tak henti-hentinya Ruri menggigiti kuku tangannya. Kali ini ia harus bersedia untuk menjadi bahan ejekan Dino. Ia tahu Dino bukan bocah yang bodoh sepertinya. Ia pasti dengan mudah bisa memahami maksud ungkapan Ruri kemarin.
"Kami siap!" ujar Sesilia dengan nada yang pelan. Seketika bunyi, "Ping!" pun terdengar. Layar komputer Dino menunjukkan sebuah pesan dan saat dibuka rekaman itu pun dapat diputar segera. Bahkan secara automatis tersimpan.
"Yes!" teriak Dino dengan penuh semangat. Kedua tangannya mengepal tinggi dengan raut wajah penuh kepuasan.
"Jangan senang dulu. Apa kau yakin alat ini tidak akan terdeteksi oleh pendeteksi logam?" tanya Sesilia. Mereka terus saja bersaing menunjukkan kelebihan, tak heran jika saat ini Sesilia tersenyum meledek melihat reaksi wajah Dino. Semangat di wajahnya memudar dan kembali mengetat.