Azura menatap lurus k arah mereka berdua.
"Ya ... Azura yang asli. Yang berada di dalam tubuh ini. Bukan diriku ..."
Untung saja, Azura pernah menjelaskan ini sebelumnya kepada mereka tentang keberadaan jiwa yang baru ketika wabah horrendum tiba.
Sehingga mereka berdua tak kebingungan lagi.
Ayah Azura pun mengatakan, "Menginaplah di sini, Nak. Ayah dan Ibu pasti akan senang."
Azura masih berada di rumah kedua orang tuanya. Mereka berdua merasakan keharuan yang mendalam di dada masing-masing. Mengetahui kalau puteri aslinya masih baik-baik saja. Ibu Azura pun mengangsurkan tangannya, ingin melihat cucu mungilnya yang manis. "Siapa namanya?"
"Erick, Bu."
"Erick... Nama yang bagus."
Azura memberikan senyumannya lagi. Gadis itu juga tak menyangka kalau dia sudah menjadi seorang ibu sekarang ini. Seorang ibu yang harus siap untuk mendampingi anaknya kapan pun, memberikan kasih sayang padanya. Seutuhnya.