Apakah benar dia tak perlu takut? Bagaimana jika perkamen itu jatuh ke tangan Sang Pemimpin? Tentunya itu akan membuat Sang Pemimpin lebih unggul.
Perkamen itu adalah milik angkatan perang di zaman dahulu yang sudah diwariskan turun temurun.
Azura menjadi gelisah. Di saat yang sama, Raja Ansell malah memanggilnya lembut. "Azura..."
"Aku bahkan bisa menyuruh siapa pun untuk menuliskan ulang perkamen itu. Karena aku jelas ingat apa isi di dalamnya. Itu termasuk kepada dokumen penting kenegaraan yang harus aku hapalkan ketika aku kecil dulu."
"Apakah nyatanya aku harus melakukan itu supaya kau sedikit lebih tenang? Kau tampak begitu gusar."
Azura hanya meringis. Dia memang sedikit takut. Bagaimana kalau dirinya tak mampu memenangkan pertempuran nantinya? Itulah yang selama ini berada dalam pikiran Azura.
Namun, gadis itu pun menghela napas panjangnya. Ia harus bersabar dan berusaha.