Livia menatap pantulan dirinya di dalam kaca cermin. Wajahnya memang terlihat sangat tidak jelas. Itu bukanlah sebuah senyuman, tetapi seringai menyeramkan yang tampak sangat horor.
Tentu saja Adley tidak akan menyukai hal tersebut. Ditatapnya livia dalam-dalam sebelum melayangkan protes lebih jauh lagi.
"Aku tidak mengerti, Sayang. Biasanya kau tersenyum sangat manis. Bahkan sangat manis hingga bisa membuat orang diabetes seketika." Livia kini bingung harus marah atau senang karena mendengar perkataan Adley. Mulut pria itu memang semanis madu.
"Tapi, kenapa sekarang kau tersenyum seperti itu? Bukankah itu artinya kau memang sedang marah?" imbuh pria itu dengan wajah datar.
"Baiklah, aku akan tersenyum lagi. Sekarang lihat baik-baik. Kali ini aku pasti tersenyum dengan benar," ujar Livia seraya menarik napas dalam, lalu kembali menarik kedua sudut bibirnya.