"Lu-Lucas?"
Tanpa mendapat aba-aba, Ellena langsung ditarik dan diseret menuju ruangan pribadinya. Tak peduli dengan para pelayan dan pengunjung toko yang tampak memperhatikan mereka. Lucas tetap menuntunnya dengan langkah tergesa-gesa.
Menunduk. Satu hal yang hanya bisa dia lakukan untuk menghindari tatapan heran yang dilontarkan para pelayannya. Malu? Tentu. Akan tetapi, itu tidak terlalu penting baginya. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana menghadapi Lucas.
Terlihat jelas raut kemarahan di wajah Lucas. Ya, bagaimana tidak? Bahkan Ellena sengaja mengabaikan pesan dan panggilan darinya, padahal sedari tadi dia mengamati Ellena dan Keenan dari kejauhan.
Setelah apa yang dia lakukan, ternyata tak lantas membuat hati Ellena luluh begitu saja. Haruskah dia menyebutnya pengorbanan yang sia-sia? Ah, dia tidak tahu lagi bagaimana caranya menggeser nama Keenan dalam hati Ellena.