"Jadi rencana Kak Deni gimana?" tanya Eza. Pemuda bertubuh bongsor itu menelan suapan terakhir makanannya dan kembali membahas rencana yang akan mereka lakukan.
Deni menatap mereka berdua sekilas lalu meminum soda. "Salah satu diantara kalian harus mau dijadikan pancingan," jawabnya.
Kedua alis Ricky tertaut kuat, "Jadi pancingan? Tumbal rencana? Buat apaan?" tanyanya yang membuat Eza nyaris tertawa mendengarnya.
Eza mendengus pelan, "Tumbal. Nggak ada kata lain?" ujar Eza.
"Nggak," balas Ricky polos. "Gue cuma kepikiran itu."
"Ya, anggap saja begitu." Deni tersenyum tipis. Tampaknya kedua adik kelasnya sekarang sudah lebih mudah diajak bekerja sama. Deni merasa suasana pembicaraan ini terasa lebih santai dari sebelumnya. "Gue mau nyeret Pak Budi ke rencana gue," lanjutnya yang langsung dipandang horor oleh dua orang di hadapannya.
"Pak Budi? Yakin tuh, Kak?" tanya Eza sedikit tak percaya mengingat betapa tegasnya guru tersebut.